ALLAH MEMBERIKAN AJARAN
(GOD TEACHES DOCTRINE)
Dr. W. A. Criswell
Yesaya 28:9-10
10-26-75
Kami menyambut saudara-saudara sekalian melalui siaran radio dan televisi ketika saudara-saudara turut mengikuti kebaktian Gereja Baptis Pertama di kota Dallas. Ini adalah Pendeta yang menyampaikan warta yang diberi judul: Allah Memberikan Ajaran-Ajaran.
Di dalam pemberitaan kita melalui kitab Yesaya, sekarang kita berada dalam pasal yang ke 28 dan nas untuk kita diambil dari ayatnya yang ke sembilan dan ayat yang ke sepuluh:
“Dan orang berkata: ‘Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya dan kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-olah kepada anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu.
Sebab harus ini, harus itu, mesti begini, mesti begitu, tambah ini, tambah itu
Ada dua pendekatan yang terdapat di dalam bagian ayat kitab Yesaya. Dengan sebenar-benarnya mayoritas kaum sarjana Ibrani akan mengatakan bahwa nabi itu melakukan pengulangan di sini kepada mereka yang dengan memandang rendah mengejek serta menertawakan pesan-pesannya. Pasal ini dimulai dengan nabi itu yang menegur para pemabuk dari Efraim. Lalu kemudian dia berpaling ke Yerusalem: “Hai orang-orang yang memerintah rakyat yang ada di Yerusalem ini.” Dan mereka-mereka ini yang disebut sebagai orang-orang yang bijak dan berkemampuan, para pemimpin bangsa yang diri mereka sendiri merupakan antitesis terhadap Firman Tuhan, orang-orang yang ada di kota Yerusalem yang memerintah kota itu mengejek serta menertawakan pesan dari nabi Yesaya.
Dan seandainya saya dapat mengatakan perkataan dengan menggunakan kata-kata saya sendiri, maka kalimat itu kira-kira seperti ini. “Para pengejek dan yang menertawakan Yesaya berkata, “Dia pikir kita ini siapa? Apakah dia kira kita ini masih bayi yang hanya menyapih dari payudara? Bahwa kita sedemikian kecilnya yang perlu diajarkan di dalam suku-suku kata yang bersifat monoton? Karena itulah caranya nabi Yesaya berbicara kepada kita. Dia itu bersifat berulang. Dia itu berulang-ulang. Dia berurusan dengan hal-hal yang sepele. Pesan-pesannya monoton secara moral. Dia mengatakan itu dan mengatakan itu dan mengatakan itu. Mesti begini dan mesti begitu, harus ini dan harus itu, tambah ini dan tambah itu, diulang dan diulangi kembali sampai kita merasa bosan dengannya.”
Nah, hampir semua dari sarjana-sarjana Ibrani yang saudara-saudara kenal akan mengatakan bahwa itulah makna dari nas ini. Itu seperti orang yang mengejek serta menertawakan rasul Paulus. Di dalam pasal yang kesepuluh dari ayatnya yang ke sepuluh dari kitab 2 Korintus, di sana Paulus mengulangi, sama seperti yang telah dilakukan oleh nabi Yesaya di sini, mengenai apa yang dikatakan oleh musuh-musuhnya kepadanya. Mereka yang menertawakan rasul Paulus mengatakan bahwa surat-suratnya terlalu berat dan terlalu kuat, akan tetapi keberadaan tubuhnya lemah dan pidatonya keji. Itu merupakan perkataan yang ganjil untuk dikatakan mengenai seorang rasul yang kuat seperti rasul Paulus, akan tetapi begitulah apa yang mereka katakan mengenai rasul Paulus.
Juga di dalam kitab Kisah Para Rasul dari pasalnya yang ke tujuh belas, saudara-saudara bisa melihat reaksi filsuf dari Athena terhadap rasul Paulus. Mereka memanggil dia sebagai seorang spermologos - seorang spermologos, seorang pemungut benih, seseorang yang berurusan dengan hal-hal remeh yang berulang-ulang.
Demikianlah tepatnya apa yang mereka katakan mengenai Yesaya. Ketika hampir semua orang-orang Ibrani akan membaca bagian ayat tersebut, dia mengutip di sini apa yang telah dikatakan oleh musuh-musuhnya ketika mereka menertawakan serta mencemoohkannya. “Dia mengajari kita seolah-olah kita ini anak bayi saja, seolah-olah kita ini masih anak kecil saja.” Dan dia melakukannya secara berulang-ulang dan membosankan - dengan nada yang monoton - Mesti begini dan mesti begitu, harus ini dan harus itu, tambah ini dan tambah itu.
Nah, di sana terdapat juga beberapa sarjana, dari kaum minoritas dari antara mereka, yang akan mengatakan bahwa nabi itu disini, hanya menjelaskan kesederhanaan dari pesannya itu sendiri. Bahwa ketika dia menyampaikan pesan-pesan dari Tuhan Allah itu, dia melakukannya di dalam cara yang begitu sederhana sehingga seorang anak kecil – yang tidak dapat membaca ataupun menulis, akan tetapi yang hanya menjadi tahu dengan cara mendengarkan – bahwa seorang anak kecil yang masih menyusu tidak akan kehilangan pengertiannya. Kalimat itu begitu sederhana; begitu datar. Seperti Mesti begini dan mesti begitu, harus ini dan harus itu, tambah ini dan tambah itu dan tambahkan di sana.
Dengan demikian pesan dari Tuhan disampaikan di dalam kata-kata serta cara-cara yang sederhana. Dimana saja, yang mana saja, entah bagaimanapun saudara-saudara sekalian akan menerima penafsirannya, pengertiannya yang paling utama tetaplah sama. Pesan dari Tuhan benar-benar senantiasa disampaikan secara sederhana. Selalu sederhana. Bahkan seorang anak kecil dapat memahaminya; dan seorang yang berada jauh, seorang pengelana tidak perlu melakukan kesalahan di sana. Dan demikian juga dengan yang disebut dengan orang-orang bijaksana, yang menolaknya dan menjauhkan pesan Allah, tidak perna melakukannya karena mereka tidak memahaminya. Akan tetapi mereka melakukannya karena mereka keras kepada dan tidak dapat diubah lagi.
Maka nabi itu memulainya dengan, “Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya?” - de`ah, ilmu pengetahuan yang baik. Kata itu adalah kata yang sama yang dipergunakannya di dalam pasal yang ke sebelas ketika dia mengatakan, “sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan - de`ah, ilmu pengetahuan yang baik akan Tuhan’ – seperti air laut yang menutupi dasarnya.” “Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya? Kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya?” - shemu`ah, yang artinya mendengar apa yang dikatakan oleh Tuhan Allah. Apakah shemu`ah itu, apakah de`ah itu, apakah pengetahuan itu, ajaran itu, seperti yang telah diterjemahkan di dalam versi King James di sini? Apakah itu?
Yang pertama, apa yang tidak. Pengetahuan itu bukanlah sedemikian sempit, tidak penting, muslihat forensik dengan mana diperdebatkan oleh golongan-golongan agama tertentu sehingga membuat mereka saling mememukulkan kepala antara yang satu dengan yang lain. Yang itu bukanlah pengetahuan serta ajaran dari Tuhan.
Saya pernah mendengar seorang pemberita muda yang datang ke jemaat ini untuk pelayanannya yang pertama kalinya. Dan seorang Diaken membukakan pintu, hanya memperlihatkan sedikit celah pada pintunya, dan melihat ke luar siapa yang berada di sana untuk melakukan pelayanannya yang pertama. Maka dia berkata kepada pemberita yang masih muda itu, yang segera akan menyampaikan wartanya untuk yang pertama kalinya itu, dia berkata, “Di luar sana saya melihat beberapa penganut Methodist. Jangan katakan apapun mengenai Methodist. Di luar sana aku melihat beberapa kelompok dari Presbyterian. Jangan pernah mengatakan apapun mengenai kelompok Presbyterian itu. Di luar sana aku melihat beberapa penganut Episcopal. Jangan pernah menyinggung apapun mengenai Episcopal.” Lalu kemudian dia melihat kepada majelis jemaat itu dan berkata, “Aku tidak melihat seorangpun anggota jemaat Saksi Jahowa”. Saya tidak melihat seorangpun mereka. I don’t see one. “Serang saja Saksi Jahowa itu hari ini.”
Kebanyakan dari kita berfikir di dalam kaitannya dengan ajaran-ajaran Tuhan adalah seperti itu. Sebenarnya, apakah gerangan itu? Pengajaran dari Tuhan itu, pengetahuan dari Tuhan itu, ajaran dari Tuhan Allah itu adalah penyejian terakhir akan pernyataan diri Tuhan Allah kepada kita. Ini adalah apa yang Dia sukai. Dan semua kebenaran-kebenaran besar itu dibungkus di dalam lembaran-lembaran kudus dari Alkitab dan kita dapat menyebutnya dengan ajaran-ajaran akan iman atau doktrin-doktrin iman.
Sebagai contoh, Tuhan, ketika Dia menyelesaikan khotbah-Nya yang agung di bukit, orang-orang yang mendengarkan Dia begitu terkagum-kagum ketika Dia berbicara mengenai Bapa Surgawi-Nya sehingga Kitab Suci mengatakan bahwa mereka begitu terpesona akan didache-Nya.
Sekali lagi dari kitab Kisah Para Rasul, Sanhedrin memanggil masuk para rasul itu, yang mereka halang-halangi untuk berbicara di dalam nama Yesus dan berkata kepada mereka, “Engkau sudah memenuhi seluruh wilayah Yerusalem dengan ajaran-ajaranmu, dengan didache-mu.” Apakah didache itu?
Baiklah, marilah kita menurunkannya ke dalam dua bahasa. Yang pertama-tama, marilah kita turunkan ke dalam bahasa Yunani. Didasko adalah kata yang tinggi untuk kata ajar. Didaskalos adalah seorang pengajar. Dan didache adalah apa yang diajarkannya. Kemudian, marilah kita turunkan ke dalam bahasa Latin. Docere artinya adalah mengajarkan. Doctor adalah seorang pengajar. Dan doctrina adalah pengajaran. Jadi, versi King James dengan benar telah menterjemahkan kata itu. “Dan mereka terpesona pada didache-Nya” – pada pengajarannya. Di dalam Kisah Para Rasul dikatakan: “Engkau sudah memenuhi seluruh wilayah Yerusalem dengan didache-mu” – dengan ajaranmu, dengan pengajaranmu, dengan realitas serta kebenaran Tuhan Allah Yang Mahakuasa. Setiap bagian dari Firman Tuhan memiliki didache-nya. Semuanya memiliki pengajarannya, semuanya memiliki kebenarannya serta dalil-dalilnya. Hal itu benar dalam bidang musik. Semuanya memuliki kebenarannya serta pengajarannya. Hal itu benar di dalam bidang astronomi. Hal itu benar adanya di dalam bidang biologi atau kimia atau fisika. Hal itu benar di dalam segenap penciptaan Tuhan Allah. Tetapi semuanya ini adalah pekerjaan Tuhan.
Kebenaran-kebenaran yang kita lihat di dalam bidang musik atau dalam bidang astronomi atau dalam bidang fisika dan dalam bidang biologi – di sana kita merangkumkan kebenaran-kebenaran yang agung, ajaran-ajaran agung, pengajaran-pengajaran agung akan pekerjaan Tuhan Allah. Akan tetapi di dalam agama, doktrin itu harus memiliki kaitan dengan Tuhan Allah sendiri, berkaitan dengan seperti apa kedirian-Nya Tuhan sendiri. Ketika seseorang mempelajari pengajaran itu, ketika dia mempelajari doktrin itu, dia sedang mempelajari Tuhan Allah sendiri. Dan untuk mengetahui kebenaran itu adalah mengetahui Tuhan itu sendiri. Tuhan mendoakan hal tersebut di dalam doanya sebagai Imam Besar seperti tertulis di dalam kitab Yohannes pasal 17 ayat yang ke tiga: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
Jadi, pengajaran itu adalah kebenaran yang agung akan Tuhan Allah Yang Mahakuasa yang dinyatakan kepada kita di dalam penyingkapan diri-Nya di dalam Alkitab. Sekarang, pengajaran itu juga merupakan intisari serta merupakan bahan dan kekuatan dari iman kepercayaan Kristen. Tanpanya, cara Kristen itu hampa kecuali banyaknya hal-hal klise moral yang sentimentil dan mudah terharu. Kita membutuhkan pengungkapan yang besar serta kebenaran yang agung, kita butuh pengajaran-pengajaran agung dari Tuhan Allah dalam rangka supaya kita boleh mendapatkan pondasi di atas mana untuk berdiri dan supaya kita boleh berdiri di atas kaki kita sendiri.
Salah satu ilmu agama sistematis sepanjang masa dituliskan oleh A.H. Strong. Augustus Strong, dia merupakan ahli ilmu agama dari Gereja Baptis yang kuat. Dan di dalam ilmu theologi sistematis itu, dia menuliskan kalimat ini: “Seorang pria tidak perlu membawa tulang belakangnya di depannya, akan tetapi dia butuh untuk memiliki satu, dan yang lurus, kalau tidak, dia akan menjadi seorang Kristen yang lemas dan bungkuk." Akhir kutipan.
Setiap orang membutuhkan tulang belakang untuk berdiri, tanpanya dia akan menjadi sosok yang kental dan pincang. Setiap orang Kristen membutuhkan tulang belakang, yaitu setumpuk kebenaran yang agung di sekitar mana hidupnya dibangun. Dan tanpanya, dia menjadi orang yang sentimentil dan cengeng, seorang moralis dari jenis yang paling murahan. Saya mengenal seorang wanita dari gereja ini yang membawa serta suaminya dan bergabung ke gereja lain di sini di kota ini. Dan pada suatu hari, dia mendatangi saya – kebetulan saya terjatuh menimpa dia – dan dia berkata, “Oh, gereja kita yang ajaib. Anda tidak harus percaya akan segala hal yang menjadi milik dari gereja kita.”
Dia itu benar. Saya tahu semuanya tentang hal itu, dan saudara-saudara sekalian juga. Mereka adalah kumpulan pengejek yang tidak percaya akan suatu hal pun di dunia – samasekali tidak percaya. Mereka tidak akan bersaksi untuk apapun. Mereka tidak percaya akan apa saja. Mereka tidak menerima apa saja. Mereka berada di sana – bagi saya, sepertinya mereka sedang tersenyum dan seperti si pandir yang lucu.
Sekali waktu Peter Marshall berdoa, “Tuhan, tolong aku untuk mewakili akan sesuatu. Karena apabila kami tidak mewakili sesuatu, kami akan gagal untuk segalanya.” Kami membutuhkan dasar serta kebenaran yang bersifat pengajaran sebagai tempat untuk membangun hidup kami, pengharapan kami dan iman kepercayaan kami. Dan kebenaran itu dinyatakan kepada kami di dalam penyingkapan yang besar, didache yang agung, pengajaran yang agung akan Alkitab.
Dapatkah saya juga menunjukkan bagi kita, bahwa doktrin-doktrin ini, pengajaran-pengajaran ini merupakan adalah penentu yang hebat, akhir yang hebat, perubahan fundamental, pencirian dari seluruh pengalaman dan dari seluruh kehidupan? Mereka adalah lebih dari sekedar nyata daripada sebuah batu karang atau sabuah gunung. Sebuah batu atau gunung merupakan benda tidak bernyawa yang mati dan tidak bergerak. Akan tetapi, satu pendapat, satu pengajaran, satu doktrin merupakan bahan peledak, semuanya itu bagaikan dinamit. Semua ide serta semua doktrin tersebut seperti itu adanya.
Ide akan sebuah penyelidikan, kengerian akan suatu penyelidikan – bagaimana hal yang seperti itu ada di dalam sejarah umat manusia? Karena adanya pengajaran, karena adanya doktrin, gagasan bahwa seorang yang bukan pengikut yang setia haruslah dipaksa, bahkan membakarnya di tiang pancang, atau menenggelamkannya di dasar sungai, atau membiarkannya membusuk di dalam penjara bawah tanah. Itulah sebuah gagasan, demikianlah suatu pengajaran, demikianlah sebuah doktrin.
Kita baru saja melalui – semuanya dari kita yang paling sedikit sebaya dengan saya dapat mengingat kengerian yang tidak berperikemanusiaan para pemimpin Nazi di Jerman. Bagaimana mereka dapat membakar, membakar orang di dalam kamar-kamar gas, membakar mereka di dalam tungku pembakaran itu? Saya sudah pernah melihat tungku-tungku pembakaran itu. Benda itu merupakan benda yang paling mengerikan untuk dilihat di dunia ini, sebuah tungku pembakaran dan benda itu dilapisi dengan rangkaian bunga, bunga-bunga sebagai kenangan akan orang-orang yang disayangi – sebuah tungku pembakaran.
Bagaimana bisa seseorang yang berbudaya dan berpendidikan – bangsa yang paling berbudaya serta yang paling berpendidikan yang pernah dilihat di bumi ini, bangsa yang paling terpelajar, bangsa yang paling terlatih oleh perguruan-perguruan tinggi – bagaimana mereka dapat membinasakan jutaan orang dari bangsa mereka? Hal itu dikarenakan oleh pengajaran, karena sebuah doktrin, bahwa dari Nietzsche dan Otto Von Bismarck, menciptakan apa yang mereka sebut dengan “Ras Jerman yang Unggul” – bahwa orang-orang Jerman berada di atas segala hoi polloi, yang mereka cari untuk dibinasakan. Demikianlah suatu gagasan; demikianlah sebuah doktrin. Dan doktrin itu adalah bahan peledak. Mereka seperti dinamit.
Kita lihat kembali dunia yang mengerikan di dalam mana kita hidup sekarang ini. Belum pernah ada – sama sekali belum pernah ada – suatu tantangan terhadap iman kepercayaan Kristen seperti tantangan dari paham komunisme yang bersifat teoritis itu. Dari mana datangnya paham itu? Datang dari pengajaran, datang dari doktrin Karl Marx dan Friedrich Engels.
Paham itu adalah sesuatu yang ada di dalam benak seorang manusia. Paham itu adalah sesuatu yang ada di dalam pikirannya. Tidak ada Tuhan, demikian mereka katakan, dan hak atas harta manusia, harta pribadi hanyalah mengekspresikan keegoisan. Dan apa yang kita butuhkan adalah untuk membersihkan seluruh benda yang dimiliki dan seluruh kepercayaan manusia yang bersifat relijius dan segala seuatu yang menjadi kepunyaan negara – pikiran manusia dan hatinya serta rumahnya serta anak-anaknya dan tubuhnya dan segala sesuatu yang dimilikinya. Demikianlah sebuah gagasan dan saudara-saudara sekalian menyebutnya dengan paham komunisme. Paham itu merupakan bahan peledak. Doktrin merupakan bahan peledak. Hal-hal ini – batu dan gunung – adalah benda yang tidak bernyawa dan mati.. Demikianlah doktrin yang hidup.
Saudara-saudara dapat mengambil seorang bocah laki-laki sebagai contohnya. Saya tidak mempermasalahkan anak laki-laki siapa, mungkin anakk laki-laki saudara-saudara. Saudara-saudara sekalian dapat mengambil anak kecil mana saja, anak kecil mana saja, dan saudara-saudara dapat mengajari dia untuk menjadi seorang kanibal dan dia akan memakan daging manusia selama hidupnya. Atau saudara-saudara dapat mengajarinya untuk menjadi pengikut paham Fasisme. Atau saudara-saudara sekalian dapat mengajari dia untuk menjadi seorang pengikut komunis, atau seorang pengikut agama Katolik, atau sebagai jemaat Gereja Baptist, atau sebagai seorang pendukung partai Demokrat, atau pendukung partai Republik. Demikianlah kuasa yang dimiliki oleh doktrin, didache, kuasa dari pengajaran itu.
Sekarang ini merupakan tugas yang luar biasa bagi gereja. Tuhan Allah telah mengaruniakan tubuh kebenaran ini bagi kita, pengungkapan diri oleh Tuhan Allah di dalam Kitab Suci, penjelmaan di dalam Yesus Kristus. Dan ini merupakan perintah surgawi bagi kita. Kita akan mengajarnya, kita akan menanamkan doktrin itu.
Sebagai contoh, di dalam kitab Matius pasal yang ke 28 dari ayatnya yang ke 19, Tuhan berkata, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…dan matheteuo - ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Kata itu adalah kata yang ganjil. Matheteuo. Matheteuo adalah bahasa Yunani untuk pengajaran. Kata itu adalah bahasa Yunani untuk mengatakan menjadikan murid-murid. Kata itu adalah bahasa Yunani untuk mengatakan membuat para pelajar. Matheteuo.
Mengapa di sana Tuhan tidak mengatakan euangelizo, evangelize? Pergilah ke seluruh tempat di dunia dan beritakanlah Injil – euangelizo-kan seluruh permukaan bumi. Baiklah, kita benar-benar mendapatkan perintah. Kita harus mengerjakan pekerjaan seorang penginjil. Akan tetapi ketika Tuhan Allah mengaruniakan upah yang besar, Dia memilih kata matheteuo. Kata matematika berasal dari kata itu - matheteuo, untuk menjadikan murid-murid, untuk menjadikan pelajar.
Apa yang dikatakan oleh Tuhan Allah kepada kia adalah demikian: ada lebih dari sekedar menjadi murid dan lebih kepada keanggotaan gereka serta lebih kepada keselamatan jiwa-jiwa kita daripada hanya suatu pertemuan penginjilan dan orang-orang yang turun ke lorong-lorong itu, berbaur di lorong itu. Ada lebih daripada sekedar demikian. Ada pembelajaran seumur hidup yang berkaitan dengannya. Ada penelitian yang berdedikasi akan Firman Tuhan serta kehendak Tuhan di dalamnya. Kita harus menjadikan pelajar-pelajar. Kita harus menjadikan murid-murid, matheteuo. Demikianlah perintah surgawi untuk kita.
Gereja itu disebut juga sebagai tiang penopang dasar dasar kebenaran. Yaitu, seperti sebuah sendok yang akan menahan serta memberi bentuk kepada air, demikian juga dengan gereja yang harus menahan serta memberi bentuk kepada orang-orangnya di dalam kebenaran Tuhan. Kita harus bertemu. Kita harus belajar. Kita harus berdoa. Kita harus mendengarkan. Kita harus memberitakan. Ini adalah tugas gereja yang agung: untuk menjadikan pelajar-pelajar dari mereka yang mencari kebenaran serta hidup yang kekal di dalam Bapa Surgawi kita dan di dalam Anak-Nya, Kristus Yesus.
Ini juga merupakan perintah agung bagi para pendeta dan pemberita. Di dalam orang-orangnya, harus ditanamkannya kebenaran yang agung, doktrin-doktrin iman kepercayaan yang agung. Di dalam kitab 1 Timotius, Paulus akan menulis kepada anaknya di dalam tugas pelayanan, yang merupakan seorang pendeta di kota Efesus. Dia akan mengatakan, “Sampai aku datang, sampai aku datang, “bertekunlah dalam membaca,” pembacaan Firman Tuhan di muka umum dan “untuk membangun” dan memohon berdasarkan sesudahnya bahwa kita telah menerima Tuhan sebagau Juru Selamat kita – untuk membaca dan untuk membangun dan untuk mengajarkan, untuk didache. Dan kemudian dua ayat dibawahnya, dia akan mengatakan kembali, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian, engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.”
Ketika seseorang berdiri di dalam sebuah mimbar, seseorang itu mendapatkan sebuah tugas dari sorga. Dia harus menerima kebenaran akan Tuhan Allah Yang Mahakuasa, mengambil pengajaran-pengajarannya, doktrin-doktrinya dan dia harus menjelaskannya lebih mendalam lagi kepada orang banyak; karena dengan melakukannya, dia telah menyelamatkan dirinya dan menyelamatkan mereka yang mendengarkan dia.
Sekarang, lihatlah kembali pada kitab Surat 2 Timotius, dia akan melakukan hal yang sama. Di dalam suratnya yang terakhir kepada anaknya di dalam tugas pelayanan, pendeta di kota Efesus itu, dia menuliskan, “Segala tulisan diberikan diilhamkan oleh Allah . . . Aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu” - Aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, demi pernyataan-Nya dan demi kerajaan-Nya. Beritakanlah Firman. Siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegor dan nesehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” – dan pengajaran.
Disana akan ada makanan dan minuman, di sana akan ada pondasi, di sana akan ada kebenaran di dalam pesan yang diberitakan oleh orang-orang itu. “Segala tulisan diberikan diilhamkan oleh Allah” – theopneustos – “memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Ini adalah dasar yang besar di atas mana tugas pelayanan itu akan berdiri. Dan Minggu demi Minggu, hari lepas hari, ketika Tuhan Allah memberikannya hati dan telinga orang-orang itu, dia harus menjelaskan secara lebih mendalam lagi kebenaran dari pada Tuhan Allah Yang Mahakuasa kepada mereka semua, menyampaikan pesan-pesan pengajaran, pesan-pesan yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Seperti yang saudara-saudara ketahui, hal itu begitu mengagumkan, begitu menakjubkan bagi saya. Semua ini adalah kebenaran-kebanaran atau doktrin-doktrin untuk mana para martir menyerahkan hidup mereka. Dan apakah kita akan mengabaikan mereka, atau menghargai mereka, atau tidak pernah memberitakan mereka, tidak pernyah menyelamatkan mereka.
Kita jauh terlibat di dalamnya, untuk bagian yang terbesar, di dalam beberapa contoh, hal-hal biasa yang berkaitan dengan peperangan dan perdamaian, atau tenaga kerja dan modal, atau pertimbangan-pertimbangan ekonomi, atau semua perbaikan dan khayalan dan teori-teori dan angin perubahan yang berlalu di zaman sekarang ini; ketika terus menerus, hamba Tuhan seharusnya berdiri di mimbar kudus serta membuka Firman Tuhan dan menyampaikan penyingkapan besar itu serta kebenaran akan Yang Mahakuasa kepada orang-orang, tertulis di sini, di halaman dari kitab ini. Ini merupakan tugas dari pemberita.
Ada sebuah tugas jemaat, tugas bagi mereka yang mendengarkan. Tuhan mengatakannya di dalam kitab Matius pasal yang ketiga belas, Tuhan berkata, “Tanah yang baik,” – tanah yang baik - “adalah yang menerima benih dan menghasilkan buah bagi Tuhan Allah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” Yaitu, tidak ada buah tanpa terlebih dahulu berakar. Haruslah ditabur terlebih dahulu baru menuai. Dan ketika kita mencoba untuk mengumpulkan buah-buah Kristen – hidup seorang Kristen yang penuh dengan keagungan – ketika kita mencoba mengumpulkannya tanpa pohon itu, tanpa akar itu, kita meniadakan perintah serta program Tuhan Allah itu sendiri.
Tuhan tidak pernah menciptakan bumi ini seperti itu. Apabila saya tidak memiliki pohon Kristen, saya tidak akan dapat mengumpulkan buah Kristen. Jika tidak ada komitmen yang besar di dalam diri kita terhadap kebenaran akan Tuhan Allah, terhadap penyingkapan dari Tuhan Allah, saya tidak akan dapat memiliki buah dari hidup seorang Kristen.
Sekarang, bagaimana kita mempelajari pengajaran itu? Bagaimana kita mempelajari kebenaran dari Tuhan? Persis seperti yang telah digambarkan oleh nabi Yesaya bagi kita di sini. Kepada siapa Tuhan Allah akan mengajarkan pengetahuan? Dan kepada siapa akan dibuat-Nya memahami doktrin-Nya? Ini adalah caranya – ama seperti kepada seorang anak kecil - Sebab harus ini, harus itu, mesti begini, mesti begitu, tambah ini, tambah itu.
Kita mengadakan kebaktian pemuda pada ukul 8:15 datang dan terimalah Tuhan sebagai Juru Selamat. Dan saya berpaling kepada anak kecil di balik direktur divisi kita, Libby Reynolds dan saya berekata – setelah memberikan anak kecil itu buku yang saya tulis mengenai bergabung dengan gereja itu – saya memberitahukan anak kecil itu – namanya adalah Chris. Bukankah itu sebuah nama yang indah? – saya berkata, “Chris, saya menuliskan buku itu khusus untukmu. Sekarang, bawalah buku itu dan engkau bukalah di dalam kelas itu – dan ketika saya memberitahukan dia, haru sudah mulai malam – dan engkau pelajari setiap suku kata yang ada di buku itu. Pasal yang pertama, apakah arti dari diselamatkan. Pasal yang kedua, apakah arti dibaptiskan. Pasal yang ketiga, apakah maknanya mengikuti perjamuan terakhir Tuhan. Yang keempat, apakah artinya menjadi anggota jemaat gereja yang baik.”
Sebab harus ini, harus itu, mesti begini, mesti begitu, tambah ini, tambah itu – demikianlah jalannya Tuhan Allah mengajarkan kita pengetahuan-Nya serta ajaran-ajaran-Nya. Bukankah itu hal yang tidak biasa atau asing atau unik? Tidak. Demikianlah caranya kita mempelajari segala sesuatu. Seorang musisi, bagaimana caranya mereka belajar untuk memainkan alat-alat itu? Sebab harus ini, harus itu, tambah ini, tambah itu, mesti begini, mesti begitu, nada yang tepat di sini, nada yang tepat di sana, kembali ke alunan nadanya, melakukannya sebentar, sebentar, sebentar, harilepas hari, hari lepas hari. Oh, membosankan. Jika saudara-saudara berdiri di sekitar sembari mendengar seseorang yang memainkan alat musik trombone, saudara-saudara akan merasa pusing. Itulah yang pernah terjadi kepada saya.
Sedikit demi sedikit, sedikit demi sedikit, sedikit demi sedikit – semua pembelajaran juga seperti itu. Saudara-saudara belajar berbicara juga seperti itu. Jika saudara-saudara tidak belajar berbicara seperti itu, saudara-saudara hanya akan bisa mengorok. Berbicara adalah hal yang dipelajari dan saudara-saudara sekalian belajar berbicara sedikit demi sedikit dan sedikit demi sedikit. Berjalan juga seperti cara yang sama. Apabila saudara-saudara tidak diajarkan untuk berjalan dengan tegak, saudara-saudara akan bergerak ke sana kemari dengan menggunakan empat kaki seperti seekor kera. Saudara-saudara sekalian diajarkan demikian. Semua yang ada di dunianya Tuhan Allah juga persis seperti itu. Para astronom itu belajar sedikit demi sedikit. Ahli-ahli farmasi mempelajari ilmunya juga sedikit demi sedikit. Ahli bedah juga mempelajarinya sedikit demi sedikit. Para ahli ilmu fisika mempelajari bidangnya juga sedikit demi sedikit. Para ahli ilmu kimia juga mempelajarinya sedikit demi sedikit. Ahli-ahli hukum – seluruh dunia juga memepuh cara yang sama. Dan kita mempelajarinya sedikit demi sedikit, mengajarkan orang-orang, membawakan mereka di dalam pengenalan dan pemeliharaan serta pengajaran, didache dari pada Tuhan.
Lihatlah yang ini. Minggu yang lalu – hari Kamis malam yang lalu, saya menyampaikan pidato kepada pengurus Gereja Baptis Pertama di kota Amarillo. Di sana, mereka membuat sebuah anggaran, menetapkan sasaran untuk mendapatkan uang sebanyak satu juta lima ratus ribu dollar untuk perayaan tahun baru. Setelah oidato itu selesai, pendeta di sana, Dr. Winfred Moore berkata kepada saya, dia berkata, “Dapatkah anda menyadari bahwa ketika Dr. Howard Williams datang sebagai pendeta gereja ini, keseluruhan jumlah akhir pemberian keseluruhan gerejaadalah sebanyak tiga puluh enam ribu dollar?”
Saya berkata, “Saya dapat memahaminya.” Dr. Howard Williams tumbuh menjadi dewasa di dalam gereja ini. Ketika dia menjadi Sekretaris Eksekutif Negara Bagian Texas, dia masuk menjadi anggota gereja itu. Dan kemudian dari pemimpin eksekutif, dia menjadi Ketua Seminari Bagian Barat Daya kita di Fort Worth dan meninggal dunia sebagai pemimpin dari seminari itu. Dia merupakan seorang pemimpin dan ahli pencetus strategi yang baik. Dan apa yang telah dilakukannya ketika dia pergi mengunjungi Gereja Baptis Pertama di kota Amarillo adalah harus begini, harus begitu, mesti begini, mesti begitu, tambah ini, tambah itu. Dia mulai mengajarkan pelayanan, memberikan perpuluhan, memberikan kepada Tuhan Allah kepada semua orang.
Dan gereja itu mulai berbunga serta bertumbuh dan orang-orang juga bertumbuh. Dan ketika Tuhan menambahkan itu semuanya, hal itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Gereja yang memberikan lebih terhadap program kerjasama daripada gereja yang lain di dunia ini adalah Gereja Baptis Pertama di kota Amarillo. Kongregasi di sana itu sungguh luar biasa.
Mengapa? Karena pengajaran dari seorang beriman yang luar biasa. Di sini sedikit, di sana sedikit, orang yang ini dan orang yang di sana; keluarga ini dan keluarga yang di sana; anak kecil ini dan pemuda ini, mengajar, mengajar, hanya mengajar – persis dengan apa yang telah ditugaskan oleh Tuhan Allah sebagai pemimpin gereja. Itulah alasannya – dan saya tidak suka untuk mengulangi diri saya sendiri – akan tetapi itulah alasannya mengapa saya mengatakan kepada pemimpin dari sidang jemaat kita, selama beberapa tahun belakangan ini saya telah melihat perubahan gereja kita yang besar, gereja Baptis Pertama di kota Dallas – suatu perubahan yang luar biasa. Dan saya tidak merencanakannya. Saya tidak hanya duduk saja dan berkata, “Sekarang kita akan merubah sidang jemaat itu.” Saya pikir, Tuhanlah yang telah melakukannya. Perubahan itu hanya sesuatu yang telah terjadi.
Sekarang, perubahan besar dari sidang jemaat yang lebih dan lebih saya temukan sidang jemaat kita menjadi suatu pelayanan pengajaran yang besar. Usaha serta sumber-sumber pendanaan serta doa dan keseluruhan bangunan dari hidup berorganisasi dari gereja kita secara meningkat berhembus di dalam saluran-saluran matheteuo, menjadikan murid-murid, mengajarkan didache itu.
Saya melihat di Sekolah Gereja Baptis Pertama kita bahwa Tuhan Allah begitu memberkatinya. Saya melihatnya di dalam Institut Alkitab kita – bahwa kepentingan surgawi berada di atasnya. Saya melihatnya di dalam rasa lapar serta rasa haus dari guru-guru kita bahwa mereka boleh tahu lebih banyak lagi Firman Tuhan – untuk menanamkannya, untuk mengantarainya kepada orang banyak yang datang ke sini untuk belajar di sekolah-sekolah Minggu kita.
Saya juga menemukannya di dalam tugas pelayanan saya sendiri. Mengapa, karena saya memiliki rekaman dari khotbah-khotbah yang telah saya beritakan seumur hidup saya. Ketika saya pulang ke rumah dan melihat pada semua khotbah yang pertama kali saya mulai memberitakan, dan ketika saya melihat akan cara saya memberitakan sekarang ini, saya sampai tidak mengenali pendeta saudara-saudara ini. Saya tidak mengenalinya sama sekali.
Apa yang dilakukan oleh pendeta saudara-saudara sekarang, kecuali terdapat beberapa alasan untuk merubah bentuknya, apa yang akan dilakukan oleh pendeta anda setiap kali dia bangkit untuk memberikan khotbahnya, dia akan mengambil sebuah nas, dia akan mengambil sebuah bagian ayat atau perikop, dan nas atau perikop itu akan berupa sebuah paragraf atau sebuah pasal, dan dia akan menjelaskan lebih mendalam apa yang dikatakan oleh Tuhan Allah di dalam Firman yang telah dinyatakan itu. Setiap khotbah akan selalu seperti itu.
Ketika saya pertama kali memulai untuk memberitakan, saya tidak melakukan hal yang seperti itu. Tidak. Saya akan memberitakan tentang beberapa pokok mengenai yang ini, mengenai yang di sana ataupun yang lainnya. Apapun terjadi untuk memanggil – merebut perhatian saya dalam satu minggu itu. Dalam keadaan itu saya bahkan tidak berfikir sama sekali.
Apa yang saya lakukan sekarang adalah mengambil kitab seperti kitab Yesaya dan kita memulai untuk menjelaskannya lebih terperinci lagi serta melihat apa yang dikatakan oleh Tuhan. Dan apabila kita telah menyelesaikan kitab Yesaya, kita akan melanjutkannya kepada kitab Perjanjian Baru dan kita akan mengambil kitab-kitab yang ada di sana dan kita akan mendalaminya, kita akan melihat apa yang telah Tuhan katakan.
Mengapa, sahabat-sahabat saya yang terkasih, saudara-saudara tidak dapat mengetahui berapa banyak hal itu telah memberikan berkat kepada hati saya sendiri. Dan lihatlah di sekitar anda, Mel berkata, hampir, saya tidak melihat sebuah bangku, sebuah tempat duduk di dalam auditorium ini yang kosong. Semuanya berisi. Dan pada pukul 8:15 pagi hari tadi, bangku-bangku itu juga padat.
Mengapa? Hanya ada satu alasan. Orang-orang begitu menyukai mendengar Firman Tuhan dijelaskan lebih mendalam. Apa yang dikatakan oleh Tuhan apabila Dia mengatakan segala sesuatunya di dalam satu dunia yang penuh dengan huru-hara dan kesukaran, yang penuh dengan kesuraman dan keputusasaan?
Kita tahu apa yang dikatakan oleh presiden. Kita tahu apa yang dikatakan oleh perdana menteri itu. Kita tahu apa yang dikatakan oleh Brezhnev dan apa yang dikatakan oleh Oxagon. Dan kita mengetahui apa yang dikatakan oleh para pendidik itu. Pak Pendeta, apakah Tuhan Allah mengatakan sesuatu? Apakah ada pesan yang datang dari Tuhan? Jika ada, apa yang telah dikatakan oleh Tuhan?
Dan itu merupakan santapan bagi jiwa-jiwa kita. Itu merupakan kehidupan bagi hati kita. Baiklah, saya memiliki begitu banyak lagi yang harus saya katakan. Biarkanlah saya memeilih pada satu hal dan saya akan mengakhirinya.
Metode dari Tuhan yang telah kita pelajari ini, yang telah kita pelajari di sepanjang umur kita, bertumbuh di dalam pengenalan serta di dalam doktrin. Bagaimana caranya? Harus ini, harus itu, mesti begini, mesti begitu, tambah ini, tambah itu, sesuatu untuk hari ini, sesuatu untuk waktu yang berikutnya kita datang ke gereja, sesuatu untuk waktu yang berikutnya kita berkumpul bersama-sama. Hanya sedikit demi sedikit, belajar bersama di dalam Tuhan.
Saya memilih satu hal yang tertinggal di dalam khotbah dan kemudian saya harus menutupnya. Ketika saya sedang belajar di Baylor – ketika saya berada di Universitas Baylor sebagai seorang pemberita yang berusia muda, saya mengambil kursus dalam bidang pelajaran trigonometri matematika. Saya sama sekali tidak tertarik di dalam pengambilan kursus matematika tersebut. Wah, wah, apa yang dapat saya lakukan di sini dengan trigonometri?
Baiklah, saya mengikuti kursus tersebut karena Professor Harrell. Dia terlahir sebagai seorang filsuf. Dan inilah sesuatu yang telah dikatakannya, dia berkata, “Aku melihat sebuah bangunan yang naik ke atas.”
Dan dia berkata, “Di sana terdapat sebuah batu yang luar biasa, sebuah batu yang luar biasa. Dan batu itu kemudian terbelah dua dengan besar yang sama dan ditempatkan di atas pintu yang lebar dan besar, melalui mana atau dari bawah mana orang-orang akan memasuki gedung yang besar itu.”
Jadi dia berkata, “Ketika saya melihat batu yang besar itu, ketika batu itu dibagi di bagian pertengahannya,” katanya, “Aku pikir bahwa batu itu adalah hatiku, sekarang saya tahu persis bagaimana orang itu akan membagi dua batu tersebut.”
Diambilnyalah sebuah baji yang besar yang terbuat dari baja yang sangat berat, dan dia akan meletakkannya di tempat sempit di pertengahannya. Dan diambilnyalah martil besar seberat dua puluh kilogram dan dia akan membelah dua batu itu tepat di bagian pertengahannya.”
Dia berkata, “Itulah yang aku pikir seharusnya dilakukannya.”
Dia berkata, “Apakah anda tahu apa yang telah dilakukannya? Diambilnya sekeping baja kecil dan membor lubang yang sangat kecil dan melesakkan baja itu ke dalam lubang tersebut. Lalu kemudian di sebelahnya, dia mengambil sebuah pasak yang terbuat dari baja juga dan melesakkannya ke dalamnya.
Lalu kemudian dia mengambil sepotong baja yang lain dan meletakkannya di sana. Lalu dia mengambil potongan yang lainnya dan dan dia memasakkan potongan-potongan baja itu di sepanjang batu itu.
Dan kemudian diambilnyalah martil kecil itu dan dia bergerak maju mundur: tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap, tap.
Dan pada suatu hari, dia berkata bahwa dia telah melihat bahwa batu itu sudah terbelah persis di bagian pertengahannya, begitu indahnya dan seturut dengan kualitas serta kekuatan dari batu tersebut. Dan dikatakannya bahwa dia melihatnya, meletakkannya serta menaikkannya di atas pintudan ribuan orang telah melalui pintu itu untuk masuk ke dalam gedung yang sangat besar itu, bahkan sampai dengan sekarang.
Ketika saya mendengarnya mengatakan hal itu, saya memikirkan nas ini. Harus ini, harus itu, mesti begini, mesti begitu, tambah ini, tambah itu, sedikit di sini, tap, tap, sedikit di sebelah sana, tap, tap, di sini, tap, di sana, tap, di segala tempat, tap, tap, tap, tap, tap, tap.
Belajar di dalam jalan Tuhan. Bukankah itu merupakan hal yang luar biasa? Bukankah itu merupakan hal yang luar biasa?
Oh, saya tidak tahu tentang tugas surgawi yang lebih lagi dari pada untuk mengatakan dengan Pemazmur: Aku merasa gembira ketika mereka berkata kepadaku, marilah kitanaik ke atas ke dalam rumah Tuhan. Marilah kita dengarkan Firman dari Tuhan Allah Yang Mahakuasa. Dan marilah kita minta agar Tuhan memberkati kita ketika kita bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan. Di dalam doktrin iman.
Sekarang, ajakan itu. Ajakan itu adalah hal yang sama dengan yang ini.