NATS FAVORIT SAYA
(MY FAVORITE TEXT)
Dr. W. A. Criswell
Yesaya 40:8
12-28-75
Terima kasih, para pemain orkestra dan para anggota paduan suara, untuk mempersiapkan jumlah Brahma yang luar biasa pada nas yang saya beritakan pagi hari ini.
Saya ingin agar saudara-saudara sekalian mau melakukannya sekali lagi suatu saat nanti, dengan dua hal: yang pertama, ketika jemaat-jemaat kita tidak sedang berlibur. Kita melihat jemaat yang memenuhi auditorium ini, hampir memenuhi. Akan tetapi tamu-tamu kita telah menolong kita. Sebagian besar jemaat kita pergi, dan saya pikir paduan suara itu juga berjumlah setengah dari jumlah biasanya. Hanya ada separuh mereka berada di sana. Saya ingin mendengarkan saudara-saudara menyanyikan nas agung dari Brahm itu ketika semua orang berada di sini.
Dan saya juga ingin supaya anda melakukannya pada pukul 11, dan kemudian kita memiliki banyak waktu, karena saya akan memberitakan sebuah khotbah yang panjang. Jadi, duduk saja di sana dengan manis dan tenang, dan jangan lihat ke arah jam, dan jangan berfikir apapun mengenai waktu, dan pada hari ini kita akan mendapatkan saat-saat yang penuh dengan kemuliaan ketika pendeta itu berkhotbah mengenai Nas Favorit-nya, Yesaya 40, ayat yang ke delapan.
Dan inilah nas tersebut: “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”
Kami menyambut saudara-saudara sekalian yang sedang mendengarkan kami melalui siaran radio dan televisi dan kami berdoa bahwa warta untuk hari ini akan menjadi sebuah dorongan semangat yang luar biasa dan menjadi sebuah berkat bagi saudara-saudara sekalian. Di dalam pemberitaan kami melalui kitab Yesaya, kita telah sampai kepada pasal yang tiada bandingannya, yaitu pasal yang keempat puluh.
Bangsa itu, di dalam penglihatan, di dalam nubuat, berada di dalam pembuangan, mereka berada di dalam perbudakan. Bangsa mereka telah dibinasakan. Kota mereka yang kudus telah dibakar habis. Bait suci mereka yang kudus telah diruntuhkan dan menjadi puing-puing yang berserakan, dan orang-orang yang berada di dalam keputus-asaan duduk di tepian sungai-sungai di Babel.
Sekarang Tuhan Allah telah menaikkan nabi itu dan telah mengutusnya dengan sebuah perkataan: “Hiburlah, hiburlah bangsa-Ku.” Dan kemudian menyusul nubuat yang luar biasa dan tidak dapat terpikirkan, bahwa Tuhan Allah akan datang, dan sebuah jalan raya yang besar akan didirikan untuk-Nya di padang pasir, dan setiap lembah akan dimuliakan dan setiap gunung akan direndahkan; yang bungkuk menjadi tegak kembali dan yang kasar berganti menjadi rata: “Dan kemuliaan dari pada Tuhan akan dinyatakan dan semua orang akan bersama-sama melihatnya.”
Sebuah nubuatan yang berada di luar imajinasi: Tuhan Allah sendiri akan turun ke bumi di dalam wujud seorang manusia dan kemuliaan-Nya akan terlihat di seluruh muka bumi ini, “karena mulut Tuhan telah mengatakannya.” Lalu kemudian menyusul bagian ayat di mana nas saya berada.
Bagaimana hal yang seperti itu boleh terjadi? Karena segala sesuatu yang kita lihat di dunia ini bersifat sementara, dalam persinggahan dan kemudian berlalu. Kita hidup di dalam budaya yang terpecah belah, di dalam masyarakat yang tercerai berai. Kita bahkan hidup di dalam lingkaran keluarga yang terpecah-pecah.
Ada suara yang berkata: “Serukanlah nubuat agung dari Tuhan ini.”
Dan suara yang lain lagi berkata: “Bagaimana saya dapat menyerukan nubuat yang seperti itu?”
“Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang: Rumput menjadi kering dan bunga menjadi layu, apabila Tuhan menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnya bangsa itu seperti rumput.”
Kemudian jaminan luar biasa dari Allah di sorga: “Rumput menjadi kering,” hal itu benar adanya. “bunga menjadi layu,” tepat sekali. Akan tetapi Firman serta janji dari Allah kita akan tetap untuk selama-lamanya.
Alasan mengapa ayat itu menjadi ayat favorit saya adalah karena ayat itu termasuk seluruh penyingkapan daripada Tuhan Allah Allah. Saudara-saudara sekalian tidak akan mengenal Tuhan Allah melalui Kitab itu. Saudara-saudara tidak akan mengenal Yesus Kristus – bahkan nama-Nya juga – tanpa adanya Kitab itu. Saudara-saudara sekalian tidak mendapatkan jaminan akan keselamatan atau akan sorga tanpa adanya Kitab itu. Seluruh hidup serta harapan kita terletak di dalam janji serta jaminan dan penyingkapan dari Tuhan Allah yang ada tertulis di dalam Kitab ini, danayat favorit saya: “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” Kita akan melihatnya ketika kita akan mendalami nas tersebut.
Kita akan melihatnya di dalam tiga jalan: yang pertama, Firman Tuhan dibuat, ditentukan serta ditetapkan di sorga. Sebelum batu penjuru dunia ini dibuat, Firman Tuhan itu sudh ada di hadapan-Nya. Allah telah melihatnya; Tuhan Allah telah melihatnya. Keabadian-Nya telah melihatnya, dan apa yang saya lihat di dalam kitab saya ini hanyalah sebuah salinan dari Firman Tuhan yang Agung serta Kekal yang telah ditentukan serta dibuat di sorga.
Sekarang, saka akan buka kitab Mazmur, pasalnya yang ke 119, ayat yang ke 89: “Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, firman-Mu nitsav, nitsav – tetap teguh di sorga.”
Nah, bagaimana saudara-saudara akan menterjemahkan kata nitsav? Di sini, kata itu diterjemahkan dengan “tetap teguh.” “Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, firman-Mu tetap teguh di sorga.” Aya akan menterjemahkan kata itu dengan kata “ditentukan.” Telah ditetapkan. Firman itu telah berada selama-lamanya di sorga.
Sebagai contoh, pemazmur itu akan menuliskan di dalam ayat yang ke 152: “Sejak dahulu aku tahu dari peringatan-peringatan-Mu, bahwa Engkau telah menetapkannya untuk selama-lamanya.”
Dan sekali lagi di dalam ayat yang ke 160: “Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya.”
“Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, firman-Mu nitsav, telah ditentukan, telah ditetapkan, telah dibuat di sorga.”
Apa yang kita lihat di bumi ini dan apa yang saya pegang di dalam tangan saya ini hanyalah sebuah salinan dari Firman Tuhan yang kekal yang telah dimiliki Tuhan Allah di hadapan-Nya di sorga.
Di Amerika Serikat, di Washington, ada sebuah Biro Standar Bobot dan Pengukuran. Di Washington ada pon yang sempurna, ada berat yang sempurna, ada ons yang sempurna. Ada inci yang sempurna, ada kaki yang sempurna pengukurannya, ada yar yang sempurna, ada liter yang sempurna, ada kuarto yang sempurna ukurannya dan ada galon yang sempurna. Dan seluruh pengukuran di Amerika Serikat harus sesuai dengan standar tersebut. Semuanya itu merupakan sebuah reaksi atas apa yang mereka miliki di Washington. Dan jika seseorang ingin menjual daging kepada saudara-saudara di atas timbangan yang tidak memenuhi standar bobot pon di Washington, maka seseorang itu dapat dikenai sanksi denda dan dijebloskan ke dalam penjara. Seluruh ukuran bobot dan pengukuran di Amerika Serikat mengikuti rumus dari Biro Standar di Washington.
Di Washington DC, di Observatorium Angkatan Laut, ada sebuah jam. Dan setiap tengah hari, pada pukul dua belas tepat, jam itu telah diatur oleh kumpulan bintang-bintang di cakrawalanya Tuhan Allah. Dan oleh karena itu, setiap jam di Amerika di atur oleh sebuah standar ukuran di Washington.
“Tuhan Allah berfirman kepada Musa: Musa, lihatlah bahwa engkau telah membuat segala sesuatu dari tabut perjanjian itu sesuai dengan bentuk yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.”
“Seturut dengan bentuk dari sorga” – ada tempat kudus untuk Tuhan, sebuah bait Tuhan, sebuah tabut perjanjian Tuhan di sorga. Dan Allah telah memberikan pola itu kepada Musa dan berkata, “Musa, buatlah setiap bagian darinya persis seperti bentuk yang telah kutunjukkan kepadamu dari sorga.”
Demikian jugalah dengan Firman Tuhan. “Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, firman-Mu nitsav, tetap teguh.” Firman itu ada di hadapan Tuhan; pola darinya berada di dalam kemuliaan. Dan apa yang saya pegang di dalam tangan ini hanyalah sebuah salinan dari apa yang dimiliki Tuhan di sorga. Dia melihatnya, menuliskannya sebelum batu penjuru dunia ini diletakkan.
Ribuan tahun yang lalu, ada sebanyak tiga puluh sembilan buku di dalam Perjanjian Lama. Demikian juga pada hari ini, isi dari kitab Perjanjian Lama itu tetap berjumlah tiga puluh sembilan. Di abad-abad permulaan agama Kristen, ada dua puluh tujuh buku di dalam kitab Perjanjian Baru. Sekarang ini, jumlah itu tetap yaitu ada dua puluh tujuh buku juga di dalam kitab Perjanjian Baru. Buku-buku itu tidak berubah. Untuk selama-lamanya, kitab-kitab itu telah ditetapkan, mereka telah didirikan serta tetap teguh di sorga.
Alkitab Perjanjian Lama yang saya pegang di dalam tangan saya adalah Alkitab Perjanjian Lama yang sama yang dipegang oleh Tuhan Yesus Kristus di dalam tangan-Nya. Dan setiap Alkitab Ibrani yang ada di muka bumi ini memiliki catatan yang sama, memiliki judul yang sama, memiliki yod yang sama, memiliki samech yang sama, pe, aleph, teth, shin, daleth yang sama. Semuanya memiliki perihal yang sama di dalam setiap lembarannya persis di tempat yang sama di dalam seluruh Alkitab di dunia ini dan telah seperti itu selama ribuan tahun lamanya. Alkitab itu tidak berubah. Semuanya tidak berubah.
Salah satu pertanyaan yang akan mereka tanyakan kepada saya di malam tahun baru, ketika kita mengadakan kebaktian yang begitu indah di sini mulai dari pukul tujuh tepat ketika kita memakan roti itu – dan kemudian setelah selesai susunan acara itu, datang kembali ke gereja ini pada pukul sebelas malam dengan pendeta untuk mengikuti kebaktian pembaptisan, dan kemudian pendeta itu akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan – salah satu yang akan mereka tanyakan kepada saya adalah demikian, “Apakah arti pentingnya Gulungan dari Laut Mati itu?”
Baiklah, kita akan menjawabnya sekarang juga, Saudara Patterson. Gulungan dari Laut Mati itu memiliki suatu arti penting yang luar biasa besarnya bagi kita yang telah mendapatkan jaminan dari penyebaran Firman Tuhan.
Karena seperti yang saudara-saudara lihat, manuskrip yang paling tua yang kita miliki untuk kitab Perjanjian Lama adalah teks Masoretic yang telah dituliskan sekitar tahun 900 sampai dengan tahun 1000 M. Teks itulah yang paling tua. Akan tetapi Gulungan dari laut Mati itu merupakan gulungan-gulungan tulisan yang telah dituliskan bahkan sebelum Kristus dilahirkan. Dan apabila saudara-saudara sudah pernah pergi ke Israel, mengapa, karena di sana ada sebuah tempat untuk Kitab yang dikuduskan di kota Yerusalem yang terletak di kampus Universitas Ibrani. Dan di dalam tempat yang dikuduskan itu saudara-saudara akan melihat beberapa buah gulungan dari semua Gulungan dari Laut Hitam itu, dan salah satunya adalah gulungan yang berisikan kitab Yesaya, yang sedang kita bahas ini.
Nah, kitab Yesaya yang akan saudara-saudara lihat di Israel itu dituliskan sekitar 150 tahun sebelum Masehi. Dan teksnya itu, teks yang dituliskan 150 tahun sebelum masehi itu persis seperti yang tertulis di dalam teks Masoret, yang dituliskan antara tahun 900 dan 1000 M.
Arti penting dari Gulungan dari Laut Mati itu adalah demikian, bahwa penyebaran Firman Tuhan telah dilakukan dengan begitu setianya serta dengan sebenarnya menurut kepada penjagaan yang begitu berhati-hati akan perintah dan tugas dari Tuhan Allah di sorga.
“Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, firman-Mu nitsav, tetap teguh di sorga.” Dan saudara-saudara tidak dapat menambahkan apapun kepadanya ataupun saudara-saudara tidak dapat mengurangi apapun darinya. Sudah ditentukan oleh Tuhan Allah Yang Mahakuasa.
Ada orang-orang yang menyerukan dogmatisme mereka, “Kita harus menambahkan kitab-kitab kepada dalil dari Perjanjian Lama, kepada ke tiga puluh sembilan kitab itu. Kita harus menambahkan beberapa buah kitab ke dalamnya.” Dan di dalam Dewan Trent serta di dalam Synode Yerusalem serta di dalam Dewan Keuskupan Hipo, mereka mengatakan, “Kita harus menambabahkan kitab-kitab Apocrypha ke dalam ke tiga puluh sembilan kitab itu.” Maka mereka menambahkannya, akan tetapi Tuhan Allah berkata, “Tidak demikian, keluarkan kitab itu dan jauhkanlah.”
Dan tidak ada orang-orang Yahudi yang tanpa berprasangka di zaman sekarang ini, ataupun orang-orang Kristen yang tidak memiliki buruk prasangka, yang akan menambahkan kemustahilan yang luar biasa besarnya dari kitab Apocrypha itu kepada penyingkapan yang kudus ini. Allah mengatakan “Tidak.” Dan ketika saya memegang kitab itu di dalam tangan saya, saudara-saudara tidak akan menemukan satu Apocrypha pun di dalamnya.
Dan ada pula yang mengatakan, “Kita harus memberikan tambahan kepada ke dua puluh tujuh kitab di dalam Perjanjian Baru itu. Kita harus menambahkan Injil lainnya. Dan kita harus menambahkan surat-surat penjemaatan yang lainnya. Dan kita harus menambahkan beberapa wahyu.” Maka mereka menuliskan injil-injil serta surat-surat oenjemaatan dan wahyu-wahyu dalam perkembangbiakan. Akan tetapi Tuhan Allah berkata “Tidak.” Dan di dalam Alkitab yang saya pegang di dalam tangan saya ini, terdapat dua puluh tujuh kitab di dalam Perjanjian Baru sama seperti sejak abad-abad orang-orang Kristen yang permulaan dan tidak ada satupun yang telah ditambahkan dan tidak satupun yang telah dihilangkan.
Dan untuk menambahkan apocrypha-apocrypha itu, dan wahyu-wahyu itu, dan surat-surat penjemaatan itu, serta injil-injil itu seperti mengikatkan buah-buahan pada sebuah pohon. Buah-buahan itu akan menjadi layu dan membusuk dan akhirnya akan diterbangkan angin. Demikian juga dengan Firman Tuhan.
Firman Tuhan telah ditetapkan untuk selama-lamanya di sorga. Dan salinan Firman Tuhan yang saya miliki di dunia ini seturut dengan tugas serta wewenang dari Tuhan Allah Yang Mahakuasa. “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”
Firman Tuhan bukan hanya telah ditetapkan di surga untuk selama-lamanya selama berabad-abad yang sudah berlalu saja, akan tetapi dalam angkatan kita yang sekarang ini, Firman Tuhan itu tetap ada tanpa berubah dan tetap kekal.
Simon Petrus, di dalam surat penjemaatannya yang pertama, pasal yang pertama dari tiga ayat yang terakhir sedang membahas nas pilihan saya, yaitu yang saya ambil dari kitab Yesaya 40, ayat yang ke 8. Satu-satunya hal adalah bahwa dia menambahkan sebuah perkataan yang luar biasa pada ayat tersebut. Ini adalah ucapan-ucapan yang terinspirasi oleh Simon Petrus.
“Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana - dari phthartos, dari phthartos” – senantiasa merupakan kata-kata yang sukar ketika anda harus meletakkan satu phi dan satu theta bersama-sama bagi saya - “dari phthartos. Kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang phthartos – fana, tetapi dari benih yang tidak fana, dari benih aphthartos, oleh firman Allah, yang hidup abadi dan yang kekal. Sebab: “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering dan bunga gugur, tetapi Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya,” Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.”
Nah, di dalam penjelasannya, dalam kutipan Simon Petrus dari nas favorit saya, Yesaya 40:8, dia menambahkan kata phthartos dan aphthartos. Apakah phthartos, kata dalam bahasa Yunani ini, phthartos? Artinya adalah “berubah, tidak kekal.” Sekarang tambahkan sebuah privatif alfa pada kata itu, sebuah penyangkalan padanya, menegatifkannya: aphthartos, aphthartos, “tidak berubah, tidak fana, apa yang tidak dapat rusak.” Firman Tuhan aphthartos – tidak mungkin akan berubah. Sekarang, bukankah itu hal yang mengagumkan? Tidak lain dan tidak bukan itu adalah sebuah mujizat Allah dalam angkatan kita yang sekarang ini dan untuk angkatan yang selanjutnya nanti. Kefanaan, aphthartos dari Firman Tuhan.
Tuhan Allah memelihara hidup dari perwujudan firman Yesus Kristus dari pedang raja Herodes ketika Yesus lahir di Bethlehem. Tuhan Allah telah melakukannya. Tuhan Allah memelihara tubuh, firman yang menjelma dari Yesus dari kerusakan ketika Dia mati dan mereka membaringkan-Nya di kubur Yusuf.
Tuhan Allah yang sama memelihara orang-orang yang percaya kepada-Nya, sehingga suatu hari nanti mereka akan tiba di sorga dalam keadaan telah dibenarkan dan telah ditebus. Adalah Tuhan Allah yang sama yang memelihara firman-Nya yang kekal supaya tidak berubah dalam setiap angkatan yang sekarang dan angkatan-angkatan yang mengikutinya. Roh Kudus telah menuliskannya dan Roh Kudus menjaganya supaya tidak berubah - aphthartos.
Bagaimana Tuhan Allah dapat melakukannya? Bagaimana Tuhan Allah menjauhkan kerusakan serta perubahan dan kekeliruan dari Firman Tuhan? Bagaimana cara Tuhan Allah melakukannya? Cara Tuhan Allah melakukannya adalah sedemikian: dengan memperbanyak nas itu.
Ada jarak waktu selama seribu lima ratus tahun setelah Kristus sebelum mesin cetak ditemukan, dan semua isi Alkitab berada dalam bentuk manuskrip. Manusia yang telah menuliskannya. Sekarang, bagaimana Tuhan Allah mencegah kerusakan darinya serta perubahan dari manuskrip-manuskrip itu? Dia melakukannya dengan memperbanyak teks-teks itu. Ada empat ribu seratus lima teks kuno berbahasa Yunani untuk kitab Perjanjian Baru ini. Adasebanyak hampir tiga puluh ribu versi Latin kuno hanya untuk kitab Perjanjian Baru saja. Ada lebih dari seribu versi lainnya seperti versi Syria dan Kopti, di samping yang dituliskan dalam lembarabn-lembaran papirus serta di samping kutipan-kutipan dari kaum leluhur.
Saya ingin supaya saudara-saudara melihat kemujizatannya. Lihat, lihat, lihatlah! Seribu lima ratus tahun setelah zaman Herodotus di mana hanya ada satu manuskrip, satu salinan dari sejarahnya di seluruh dunia. Lihatlah kembali, seribu dua ratus tahun setelah zamannya Plato hanya ada satu salinan manuskrip di seluruh dunia tentang kebaikannya yang besar, hanya satu. Di seluruh dunia sekarang ini, hanya ada satu manuskrip tentang sejarah Tacitus, hanya ada satu manuskrip dari anthology Yunaninya, dan hampir tidak lebih dari jumlah itu dari Sofocles, dari Euripides, dari Thucydides, dari Virgil, dan dari Cicero.
Akan tetapi mengenai Alkitab, ada ribuan dan ribuan lagi banyaknya manuskrip-manuskrip kuno. Dan alasan mengapa Tuhan Allah melakukannya adalah jika seorang penyalin melakukan suatu kesalahan, dan jika ada kerusakan, sebuah perubahan, sebuah pembetulan atau apapun itu, suatu pengrusakan terhadap nas itu, dengan mudah saudara-saudara sekalian akan melihatnya dengan memperbandingkannya dengan seluruh isi dari salinan yang lain. Sama mudahnya seperti kehilangan sebuah catatan untuk melihat di mana seorang penyalin melakukan sebuah kesalahan di dalam Kitab Suci. Dan dengan cara itu Tuhan Allah telah melakukannya. Jika seorang penyalin melakukan sebuah kesalahan di sini, Tuhan Allah melihatnya ketika ribuan penyalin lainnya tidak dapat melihatnya melakukan kesalahan itu. Tuhan Allah melakukannya saat ini di seluruh penjuru dunia.
Jika ada sebuah terjemahan Firman Tuhan model baru, Tuhan akan mampu melihatnya bahwa di sana bahwa di sana terdapat ratusan terjemahan lainnya yang benar dan setia kepada kesempurnaan firman itu.
Tuhan Allah melakukannya di dalam setiap bidang dari kehidupan rohaniah-Nya. Jika ada seorang pemberita di atas mimbar ini yang melakukan pengingkaran, Tuhan Allah akan menaikkan seorang pemberita lainnya di atas mimbar yang lain yang akan jujur kepada Firman Tuhan.
Demikianlah juga mengenai kebenaran gereja. Jika ada sebuah gereja yang berpaling dari Tuhan Allah, Allah akan membangkitkan gereja lain yang akan jujur kepada firman itu. Hal itu benar untuk satu golongan agama. Jika terdapat satu golongan agama yang melakukan pengingkaran dan mengembara menjauh dari iman kepercayaannya, Tuhan Allah akan membangkitkan komunitas gereja lainnya serta golongan agama lainnya yang akan memberitakan Injil dalam iman kepercayaan serta kekuatan dan di dalam urapan Tuhan.
Demikianlah cara Tuhan Allah bekerja. Demikianlah cara-Nya menjaga Firman-Nya untuk tidak berubah, untuk aphthartos. Firman itu tidak dapat – tidak dapat – tidak dapat berubah. Firman itu tidak dapat dituliskan dengan kesalahan. Firman itu tidak dapat diteruskan dengan perubahan-perubahan hanya karena semua hal itu. Tuhan Allah melihatnya bahwa mereka telah ditunjukkan dan mereka telah diperbaiki dan dibawa pergi. Demikianlah Firman Tuhan. “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”
Sekarang, yang ketiga dan yang terakhir. Firman Tuhan bukan hanya telah ditetapkan di sorga saja dan apa yang saya miliki di sini hanyalah sebuah salinan dari Firman Tuhan yang kudus di hadapan-Nya. Dan Firman Tuhan bukan hanya tidak dapat berbuat apa-apa di dalam tangan orang-orang yang telah rusak saja, sudah aphthartos, akan tetapi Firman Tuhan mampu bertahan di sepanjang zaman dan abad serta jutaan tahun serta di keabadian yang akan datang nantinya.
“Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” - jaqum dari kata yang menggunakan bahasa Ibrani qum artunya untuk selama-lamanya. Sekarang, apakah makna dari qum itu? Secara harfiah, makna dari Qum artinya “bangkit, bangkit.” Akhirnya, artinya menjadi “bertahan, dipelihara untuk tidak jatuh, dijaga.” Akan tetapi sebenarnya qum, merupakan sebuah kata dasar yang artinya hanya “bangkit, berdiri.”
Dan perumpamaan yang terdapat di belakangnya adalah pemutusan dan penghancuran. Rumput menjadi kering dan bunga menjadi layu dan seluruh umat manusia seperti rumput, dan segala sesuatu di dunia ini adalah penempatan sementara yang sedang melintas. Tidak bertahan. Bahkan langit dan bahkan bumi akan berlalu.
Akan tetapi Firman Tuhan jaqum; yaitu, timbul dari penganiayaan serta penghancuran serta kerusakan dan pembusukan dan sementara, Firman Tuhan akan bertahan dan bangkit dan akan tetap sedemikian untuk selama-lamanya.
Sekarang, kita akan melihatnya dalam beberapa menit yang tersisa ini. Ada suatu serangan yang tidak berperasaan untuk menghancurkan Firman Tuhan. Saya akan menyinggung tiga dari antaranya. Yang pertama, penyembahan terhadap berhala, satu lagi, surat-surat penjemaatan, yang satu lagi adalah rasional, yang merupakan lawan yang mengerikan, sangat mengerikan yang kita hadapi zaman sekarang ini.
Yang pertama, penyembah berhala, serangan keji yang tidak memiliki perasaan untuk menghancurkan Firman Tuhan pada hari-hari yang lalu. Sekarang, semua mereka. Saya akan memilih salah satu, yanitu oleh Diaklesia pada tahun 303 M. Diaklesia adalah seorang Kaisar Romawi, dia adalah seorang Caesar Romawi. Dan dia telah melihat penyebaran pengaruh dari orang-orang Kristen. Dan dia melihat bahwa mereka mendasarkan iman kepercayaan mereka pada sebuah buku, pada Alkitab. Maka Diaklesia memerintahkan, Diaklesia memberikan suatu maklumat akan suatu kewenangan bahwa seluruh Alkitab di dunia ini harus dimusnahkan, dan orang-orang yang mengasihi Alkitab itu dan percaya terhadap Alkitab itu harus dibunuh.
Dan di dalam penganiayaan Diaklesia yang mengerikan itu, beribu-ribu bahkan lebih orang-orang Kristen meninggal, dan setiap Alkitab di muka bumi ini, setiap Alkitab yang dapat ditemukan dibakar, Alkitab-alkitab itu kemudian dimusnahkan. Dan begitu suksesnya serta berjayanya Kaisar Diaklesia di dalam apa yang diperbuatnya sehingga dia berfikir bahwa dia telah memusnahkan iman kepercayaan Kristen untuk selama-lamanya. Dan dia telah berfikir bahwa dia telah memusnahkan setiap Alkitab di dunia ini.
Dan di atas Alkitab yang telah dibakar serta dimusnahkan itu, dia mendirikan sebuah tiang Romawi, dan menempatkan tulisan ini di bawahnya: “Extincto Nomine Kristusianorum.” Padamlah Nama Kristen. Dan anda para pelajar sejarah mengetahui siapa yang menggantikan Diaklesia, Konstantinus. Apakah saudara-saudara sekalian tahu apa yang terjadi pada tahun 312 M, Konstantinus melepaskan lencana berhala dari perisai-perisai para prajurit Romawi dan menggantikannya dengan lambang dari salib pada perisai itu dan di bawahnya tertulis, “In Hoc Signo Vinces,” “Di dalam tanda ini, takluk.”
Kapan itu terjadi? Sepuluh tahun, sepuluh tahun, kurang dari sepuluh tahun setelah Diaklesia. Saudara-saudara tidak dapat menghancurkan Firman Tuhan dan saudara-saudara tidak dapat membinasakan iman kepercayaan Kristen. “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” Iman kepercayaan terhadap Tuhan kita, “akan bertahan untuk selama-lamanya.”
Sekarang, bukan hanya serangan keji dari orang-orang fasik saja, akan tetapi surat-surat penjemaatan – bukankah itu menjadi suatu hal yang paling ganjil yang saudara-saudara dapat baca di dalam sejarah umat manusia, bahwa salah satu lawan yang paling keji terhadap Alkitab adalah dogma dari gereja itu sendiri?
Mencari cara untuk menggantikan pengajaran-pengajaran dan dogma-dogma serta keyakinan-keyakinan dan perintah-perintah manusia dengannya. Dan ketika dicari cara untuk mengambil Kitab Suci dan menempatkanya di dalam bahasa orang itu dan meletakkannya di tangan orang-orang itu, hal itu menimbulkan penyiksaan yang lebih keji dan mengerikan.
Alkitab telah dirampas dari tangan-tangan orang dan menyangkalnya selama beratus-ratus tahun, selama berabad-abad.
Martin Luther sudah dewasa ketika dia berkata, “Saya belum pernah melihat sebuah Alkitab.” Dan Martin Luther sudah menjadi seorang pengkhotbah di sepanjang hidupnya. Seorang pria dewasa, dia berkata, “Saya belum pernah melihat sebuah Alkitab.”
John Wycliffe – dan saudara-saudara meniru namanya, dan tidak ada nama yang lebih luhur di dunia ini yang dapat saudara-saudara perintahkan, para penterjemah Wycliffe – telah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa orang-orang banyak.
Dia berkata, “Aku akan membuat orang-orang menjadi lebih banyak mengenal Firman Tuhan menjadi mungkin daripada pendeta itu sendiri, daripada sang raja sendiri.”
Sebelum penyelidikan sampai kepada John Wycliffe, dia sudah meninggal dunia, dan mereka telah mengebumikan tubuhnya. Akan tetapi para penyelidik itu kemudian menggali kuburnya dia. Menreka menggali serta mengeluarkannya dari dalam kubur itu dan secara terbuka di depan khalayak ramai, mereka membakarnya, dan mereka membuang debunya ke atas sungai Swift.
Dan apabila setiap orang ditemukan di Inggris dengan sebuah Alkitab hasil terjemahan Wycliffe, dengan sebuah Alkitab yang sudah dituliskan ke dalam bahasa Inggris, maka Alkitab itu akan digantungkan di leher orang itu dan secara terbuka di depan umum akan menggantung dia dan secara terbuka di depan khalayak ramai akan membakar dia.
Dan apa yang tidak diketahui oleh para penyelidik itu ialah ketika mereka membakar tubuh John Wycliffe serta menebarkan debu tubuhnya ke sungai Swift, bahwa sungai Swift mengalir ke sungai Avon, dan sungai Avon mengalir ke sungai Severn, dan sungai Severn mengalir menuju ke lautan. Dan lautan itu sampai di setiap pantai benua di dunia termasuk negeri Amerika yang baru. Dan kemanapun lautan dan ombak serta perairan itu membawa debu tubuh John Wycliffe, disanalah Tuhan Allah akan menebarkan kebenaran dari Firman Tuhan yang Hidup. Dan saudara-saudara sedang melakukannya pada hari ini juga.
Saudara-saudara sekalian baru saja selesai memberitahukan saya mengenai suku-suku yang ada di Rusia yang sedang mendengarkan Firman Tuhan untuk kali yang pertama sebagai akibat dari terjemahan saudara-saudara. Dan kemudian saudara-saudara baru saja selesai memberitahukan saya bahwa di negeri Filipina sana, ada lima puluh suku yang telah membaca Firman Tuhan dan lima puluh suku lagi yang tidak, dan sekarang saudara-saudara sedang berada di dalam suatu proses untuk menghampiri kelima puluh suku tersebut. Dan saudara-saudara sudah memberitahukan saya bahwa ada ratusan suku di Mexico lama yang sudah terlebih dahulu mendapatkan Firman Tuhan di dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Itulah yang baru saja saudara-saudara beritahu kepada saya.
Bukankah itu suatu hal bermegah? Bukankah itu hal yang penuh dengan keagungan? Menebarkan Firman Tuhan meliputi seluruh permukaan bumi ini. Demikianlah Tuhan Allah. Itulah Tuhan Allah.
Bukan hanya penyiksaan orang-orang fasik, dan bukan hanya penyangkalan dari seorang pendeta, akan tetapi di zaman kita ini dan di dalam angkatan kita, kita menghadapi lawan Firman Tuhan yang paling kejam, tidak berperasaan dan perusak dan efektif dari seluruh serangan selama beribu-ribu tahun Tuhan Allah telah berurusan dengan manusia. Ini adalah sebuah serangan gencar dari rasionalisme.
Rasionalisme adalah suatu penyangkalan terhadap Firman Tuhan. Sekolah – sekolah Wellhause dan Bauer dan Strauss serta Tubingen berada di seluruh penjuru dunia ini. Mereka meliputi seluruh dunia akademis. Mereka seperti rayap; mereka tinggal dan bekerja di setiap pondasi dari setiap lembaga yang dikenal oleh umat manusia.
Orang-orang penganut paham rasionalisme: Dia menyangkal hal-hal gaib, dia menyangkal keilahian Kristus. Dia menyangkal adanya kebangkitan kembali, dia menyangkal adanya mujizat, dia menyangkal keberadaan Tuhan Allah di dalam sejarah umat manusia. Dia menyangkal bahwa kita akan bertemu kembali dengan Tuhan Allah. Dia menyangkal terjadinya perubahan keyakinan. Dia menyangkal segala sesuatu yang kita kenali ketika bersama-sama dengan Tuhan Allah di dunia ini, di dalam Immanuel.
Dan mereka telah begitu efektifnya – beberapa orang kaum intelektual besar di dunia ini telah dibelai ke dalam kepercayaan mereka.
Voltaire – Filsuf Perancis yang hebat, Voltaire. Voltaire meninggal dunia pada tahun 1779. Voltaire berkata, “Seratus tahun sejak dari sekarang tidak akan ada ditemukan sebuah Alkitab yang selamat di muka bumi ini sebagai suatu keingintahuan seorang penggemar barang-barang antik.” Dan Hume orang fasik itu berkata, “Aku melihat senja dari kekristenan.”
Bagaimana dengan hal itu? Bagaimana? Apakah pada akhirnya kita akan mengalah kepada kerusakan orang-orang sinis yang mengerikan itu dan orang-orang fasik itu serta orang-orang rasionalis itu? Akankah kita seperti itu nantinya?
Lihatlah pada Voltaire. “Seratus tahun dari sekarang,” demukianlah kata Voltaire. Dia adalah seorang filsuf yang berotak cemerlang. Seratus tahun dari sekarang, tidak akan ada ditemukan sebuah Alkitab yang selamat di muka bumi ini sebagai suatu keingintahuan seorang penggemar barang-barang antik. Apakah saudara-saudara tahu bahwa seratus tahun setelah Voltaire mengatakan hal tersebut, ada edisi yang pertama dari karangan Voltaire yang dijual di kota Paris seharga sebelas sen, sebelas penny?
Dan di hari yang sama, pemerintah Inggris membayar sebanyak lima ratus ribu dollar kepada Tsar Rusia sebagai pembayaran untuk Codex Sinaiticus. Saat ini, harga itu akan senilai dengan sekitar dua juta dollar.
Jika saudara-saudara pernah mengunjngi museum Perancis – jika saudara-saudara pernah melawat ke Museum Inggris di kota London, lihatlah pada Codex Sinaiticus, salah satu manuskrip Alkitab yang pertama-tama yang berbahasa Yunani, manuskrip yang berisikan kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Tuhan Allah telah mengatakannya. Dan semua karangan Voltaire di dunia dengan cemoohan kaum barbar sinis serta orang-orang yang tidak percaya itu tidak dapat membinasakannya. Dan perihal Hume, dia keliru menafsirkan antara terbit dan terbenamnya matahari. Apa yang dipikirnya terbenam di sore hati, sebaliknya yang menjadi kenyataan adalah terbitnya matahari.
Mengapa, diberkatilah hati saudara-saudara, karena belum pernah ada suatu zaman pun ketika Alkitab sudah begitu banyak disirkulasikan seperti sekarang ini. Tanpe terkecuali, dari tahun ke tahun, kitab itu merupakan kitab yang terlaris di seluruh penjuru dunia.
Siapa yang membaca kitab yang sudah berusia ribuan tahun? Siapa yang melakukannya? Oh, sekali-sekali saudara-saudara akan melihat salah satu dari banyak pelajar ini, Dr. Estes, dan dia sedang membaca tentang Caesar, dia sedang membaca tentang Caesar dalam bahasa Yunani – maaf, yang saya maksud ialah dalam bahasa Latin.
Apakah saudara-saudara tahu mengapa dia membaca riwatyat Caesar dalam bahasa latin? Karena Dr. Estes berkata bahwa saudara-saudara harus melakukannya atau saudara-saudara tidak akan pernah lulus. Demikianlah bagaimana dia membacanya. Demikianlah persisnya bagaimana dia membaca kitab itu. Dia membacanya di dalam keterpaksaan, demikianlah caranya membaca kitab itu. Diluar dari beberapa pelajar, tidak akan ada dijumpai orang yang hanya membaca riwayat Caesar “Alles Gall in tres partes ... sunt.”
Siapa yang membaca sebuah kitab yang sudah berusia ribuan tahun? Atau membaca tentang buku-buku tentang agama? Apakah saudara-saudara ada melihat semua orang yang berkumpul di sini membaca tentang Avesta dari Parsia? Apakah saudara-saudara melihat setiap orang yang membaca Bhagavadgita dari agama Hindu, atau empat himne Vedik dari agama Hindu? Apakah ada? Apakah saudara-saudara melihat siapa saja yang berkeliling di sini yang membaca kitab Tripitaka, tiga keranjang Buddha itu? Apakah saudara-saudara melihat siapa saja yang berkeliling di sini yang membaca kitab Enam Hal Klasik dari Confucius?
Saudara-saudara sekalian tidak akan melihatnya. Dan di seluruh dunia ini, manusia membaca Firman Tuhan yang kudus dengan rajin. Blehkah saya mengatakan beberapa hal lain mengenai Dr. Cameron Townsend? Apakah saudara-saudara tahu bahwa hampit tidak satu kitabpun, hampir-hampir tidak ada sebuah kitab yang telah diterjemahkan ke bahasa lain yang memiliki sirkulasi yang seperti itu di dalam terjemahannya tersebut.
Sebagai contoh, jika seseorang yang berkebangsaan Spanyol menulis sebuah buku, dia tidak akan pernah menemukan suatu sirkulasi dari tengah-tengah bangsa Jerman atau Italia atau bangsa Amerika. Sebagai contoh, siapa penulis besar dari Turki? Saya tidak pernah mendengarnya.
Siapakah pengarang besar dari Afghanistan? Saya tidak pernah mendengarnya. Siapakah pengarang besar dari Brazil? Saya tidak pernah mendengarnya. Siapakah pengarang besar bahkan dari China? Saya tidak pernah mendengarnya.
Sebuah buku diterjemahkan ke dalam bahasa lain, diperkenalkan ke wilayah yang lain, hanya tidak mendapatkan suatu sirkulasi. Akan tetapi Alkitab ini telah diterjemahkan ke ratusan dan ratusan bahasa lain, ke dalam ratusan dialek. Dan semuanya memiliki Firman Tuhan yang sama berkuasanya di dalam setiap bahasanya dengan yang satu ini.
Biarkanlah saya beritahu saudara-saudara, di tengah-tengah benua Afrika, seorang dari suku Hottentot berkata, “Saya merasa malu kepada anda karena saudara-saudara tidak dapat membaca ayat dari kitab Yohannes 3 ayat 16 dalam bahasa Hottentot.” Bukankah hal itu menjadi sesuatu yang paling menyakitkan yang pernah saudara-saudara lihat? Dia berfikir bahwa hal yang paling luar biasa dan yang paling indah di dunia adalah kemampuan untuk membaca Alkitab di dalam bahasa Hottentot. Satu-satunya yang diketahui oleh Tuhan ialah, bahwa saya tidak akan pernah mampu membaca dalam bahasa Hottentot.
Akan tetapi firman itu begitu indah dalam bahasa Inggris, dan penuh keagungan di dalam bahasa Jerman, dan penuh dengan keagungan di dalam bahasa Italia, dan penuh dengan keagungan di dalam bahasa Afghanistan, dan penuh dengan keagungan di dalam bahasa China, dan dan penuh dengan keagungan di dalam setiap bahasa di dunia. Demikianlah Tuhan Allah!
Bunga menjadi layu dan rumput menjadi kering, akan tetapi Firman dari Tuhan kita akan bertahan untuk selama-lamanya. Semua penyiksaan dari Diaklesia tidak akan memutuskan satu senar dari kecapi yang bersenar selaksa. Seluruh racun dari kaum rasionalis di dunia ini tidak akan menuliskan satu suku katapun dengan menggunakan tinta mereka. Semua serangan dari seorang Voltaire, dan dari seorang Hume, dan seorang Bolingbroke, dan seorang Gilbert, tidak akan mengambil satu rantingpun dari luasnya hutan kebenarannya yang penuh dengan keagungan. Dan semua dari Bob Ingersolls dan seluruhnya dari Tom Paines yang pernah hidup tidak akan memperpendek hidupnya selama satu setengah detik. “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”
Sekarang, suatu waktu, kita akan bertemu kembali di dalam gereja ini sebagaimana yang telah kita lakukan sebelumnya, ketika saya memulai kebaktian pada pukul 07:30 tepat dan berkhotbah sampai pada pukul 12. Kita akan melakukannya suatu saat nanti dan saya akan membawa nas ini dan benar-benar mengkhotbahkannya nanti. Benar-benar akan mengkhotbahkannya. Oh, Tuhan memberkati kita!
Tidak heran kita telah menyanyikan lagu itu:
Betapa teguhnya sebuah pondasi,
Hai orang-orang kudusnya Tuhan
Diletakkan untuk imanmu
Dalam Firman-Nya yang agung
Apa yang dapat lebih dikatakan-Nya lagi
Daripada yang telah dikatakan-Nya padamu
Kamu yang bagi Yesus
- kamu tidak akan mengenal Dia kalau tidak karena kitab itu -
Kamu, bagi Yesus
Karena tempat perlindungan sudah lenyap.
Ini adalah dasar di atas mana kita telah membangun hidup kita, kita telah membangun jiwa kita; kita telah mendirikan rumah-rumah kita, kita telah membangun kesetiaan hati kita kepada Tuhan Allah. Ini adalah kepercayaan yang kita miliki bahwa janji-janji Tuhan di dalam Kristus adalah kekal, ya dan amen; tidak satupun dari antaranya yang akan gugur ke tanah. Bunga menjadi layu dan rumput menjadi kering, akan tetapi Firman dan Janji dari Tuhan Allah Yang Mahakuasa kita akan qum, akan bangkit, akan berdiri dan akan bertahan untuk selama-lamanya.
Sekarang kita harus menyanyikan lagu himne permohonan kita.