TANDA KELAHIRAN ANAK DARA
Dr. W. A. Criswell
Yesaya 7:14
4-20-75 10:50 a.m.
… akan tetapi tidak akan cukup untuk kita semua, kita sedangn menyaksikannya.
Sekarang, untuk mendalami dari firman Tuhan. Ditambahkan ke dalam nubuat dari nabi Yesaya adalah apa yang disebut dengan Kitab Immanuel. Yaitu pasal-pasal mulai dari pasal yangke 7 dan 8 dan 9, dan warta untuk kita merupakan suatu penjelasan yang lebih terperinci akan ketiga pasal tersebut. Dimulai dengan:
Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja Aram, dengan Pekah bin Remalya, Raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota itu.
[Yesaya 7:1]
Dan itulah yang menjadi latar belakang dari Kitab Immanuel ini. Ahas adalah putra dari seorang bapa yang berhati luhur serta diberkati, yang dirinya sendiri merupakan putra dari seorang raja yang agung dan perkasa. Tidak ada seorang pengelola yang lebih hebat lagi dari raja Uzia, raja Yehuda itu, bersama-sama dengan putranya Yotam. Akan tetapi entah bagaimana seorang putra yang disesalkan itu dapat dilahirkan bagi seorang bapa dan kakek yang berhati begitu mulia itu, saya tidak tahu. Akan tetapi tidak ada tontonan yang lebih menyedihkan lagi dari seorang raja yang berhati kecut untuk duduk di atas tahta selain dari pada yang saudara-saudara lihat di dalam diri Ahas. Tindakannya yang pertama dan berkelanjutan adalah penyembahan terhadap berhala. Dia memenuhi kota itu dengan patung-patung berhala. Dia menghidupkan kembali pemujaan terhadap Molek di lembah Hinnom, dan di sana dia benar-benar membakar putranya sendiri ke dalam api.
Pada salah satu titik waktu yang paling kritis di dalam sejarah bangsa Yehuda, adalah katak yang duduk di atas tahta kerajaan ini. Untuk menghadapi adanya ancaman dari Rezin, raja Aram, dan Pekah, raja dari Samaria, yang telah terpecah di dalam persekutuan bahwa mereka akan membuang Ahas dan menempatkan seorang boneka yang mengikuti kehendaknya untuk didudukkan di atas tahta. Untuk menghadapi ancaman yang menakutkan terhadap keturunan Daud serta kepada bangsa Yehuda, dia, Ahas, sang raja.
Sebagai ganti berpaling kepada Allah Yahwe untuk mendapatkan pertolongan dan kekuatan serta kebijaksanaan untuk mengetahui bagaimana melakukan hal ini, secara pribadi dan diam-diam Ahas memalingkan wajahnya serta bangsanya kepada Tiglath Pileser – seorang raja yang kejam dan tidak berprikemanusiaan dari Kerajaan Asyur. Adalah karena keadaan inilah Tuhan Allah mengutus nabi Yesaya untuk berhadapan dengan Ahas dan untuk memohon sehingga dia tidak mencari perlindungan kepada orang-orang Asyur itu, akan tetapi seharusnya dia meminta kekuatan serta pengharapan dan pertolongan di dalam Tuhan Allah Yang Mahakuasa.
Jadi, dimulai dari ayatnya yang ke tiga di dalam pasal yang ke 7, kita melihat konfrontasi yang pertama dari nabi Yesaya di hadapan raja Ahas. “Berfirmanlah Tuhan kepada Yesaya, ‘Baiklah engkau keluar menemui Ahas.’” Dan dia menemukan raja itu di ujung saluran kolam atas ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu. Sebagai persiapan untuk berperang, Ahas, raja itu mencari tempat yang bisa memasok air. Kekurangan air telah selalu – senantiasa – menjadi masalah di kota Yerusalem.
Jadi Ahas sedang melihat pada pasokan air itu dan nabi Yesaya mengatakan kepadanya dari firman Tuhan, “Janganlah takut. Kedua puntung kayu api yang berasap ini, tak lama lagi dan dengan segera akan membakar diri mereka sendiri. Berpalinglah kepada Tuhan Allah dan Tuhan Allah akan melepaskan engkau.” Akan tetapi raja Ahas sudah menetapkan di dalam benaknya bahwa dia akan menawarkan kerajaannya serta bangsanya ke dalam tangan Tiglath Pileser. Sungguh suatu tindakan yang mengerikan untuk dilakukan oleh seorang umat Allah!
Ninewe merupakan sebuah tempat di Timur, yang merupakan tempat istana Tiglath Pileser yang luar biasa bagusnya. Dari sana dia memerintah – sebagaimana dia menggambarkan dirinya sendiri – “seperti raja dari segala raja.” Pasukan perangnya banyak sekali jumlahnya. Kuda-kudanya serta kereta-kereta kudanya menutupi bumi seperti belalang. Dan ketika mereka menyerbu sebuah negara, maka keadaannya akan seperti gelombang samudera yang meluap. Banteng bersayap dari Asyur benar-benar merupakan momok serta raksasa dari seluruh dunia dan sekarang diharapkan demikian bagi bangsa Yehuda serta bangsa Tuhan.
Ketika nabi Yesaya berdiri di hadapannya dan menyampaikan permohonan ini, kita telah mempelajari dari kitab 2 Raja-raja serta 2 Tawarikh bahwa dia sudah menyerahkan dirinya sendiri serta menyerahkan bangsanya sendiri terlebih dahulu kepada Tiglath Pileser. Dia telah mengutus seorang duta besar kepada raja Asyur dengan mengatakan, “Aku adalah budakmu.”
Dapatkah saudara-saudara membayangkan seseorang melakukan perbuatan itu? Seorang umat Allah? “Aku adalah budakmu.” Dan setelah menutup Bait Suci Tuhan dan menggantikan pemujaan terhadap berhala di dalamnya, Ahas menjarah barang-barang yang terbuat dari perak dan emas dari dalam bait suci itu dan mengirimkannya kepada Tiglath Pileser sebagai upeti.
Untuk yang kedua kalinya Tuhan Allah mengutus nabi Yesaya untuk berdiri di hadapan raja Ahas, seperti yang tertulis di dalam ayatnya yang ke sebelas. Dia berjumpa dengan raja itu untuk waktu yang kedua, akan tetapi hal ini dengan suatu penawaran yang agung untuk menegaskan dari sorga bahwa Tuhan Allah akan melepaskan kota itu. Dan berdiri di hadapan Ahas, raja itu, nabi Yesaya berkata, “Demikianlah firman Tuhan. Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.”
“Apa saja. Apakah engkau menginginkan sebuah bintang jatuh dari langit sana? Apakah engkau menginginkan matahari diperintahkan untuk kembali berada di bawah kaki langit? Apakah engkau menginginkan bumi membuka di hadapanmu? Apakah engkau menginginkan sebuah gunung untuk muncul dari tempat yang dalam? Mintalah, segala sesuatu yang ada di dalam langit di atas sana atau dari dalam bumi di bawah? Mintalah, mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, bahwa Dia akan melepaskan bangsa-Nya.”
Dan Ahas, yang sudah terlebih dahulu menyerahkan kerajaan itu kepada bangsa Asyur secara diam-diam, berkata dengan alimnya, dengan munafiknya, “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai Tuhan.”
Dan kemudian terjadi di depan jawaban yang begitu sok alimnya, begitu munafiknya, begitu congkaknya, karena sudah terlebih dahulu telah menyerahkan bangsa Tuhan ke dalam tangan orang-orang Asyur yang kejam dan tidak kenal ampun itu, sehingga nabi besar itu menjawab, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda; Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel - ‘Tuhan beserta kita.’ Ia akan makan dadih dan madu …… sebab sebelum Ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong.” Mereka akan mati.
Nah, ada dua hal di dalam firman Tuhan kepada Ahas itu, Yang satu dari yang mana dengan sederhana dapat saya pahami, yang lainnya yang mana saya harus mempelajarinya untuk dapat memahaminya. Bagian kedua dari pertanda itu dapat saya pahami dengan mudah: “Ahas, akan dilahirkan seorang anak, dan sebelum anak itu cukup dewasa untuk memakan mentega dan madu, dan sebelum anak itu cukup dewasa untuk mengetahui mana yang jahat dan yang mana yang baik, kedua raja yang engkau takuti itu akan mati.”
Saya dapat memahaminya. Hal itu merupakan hal yang sama seandainya nabi Yesaya telah mengatakan kepada Ahas, “Ahas, akan dilahirkan seorang bayi kecil. Akan dikandung sekarang juga, dan di dalam dua atau tiga tahun, sebelum anak itu memakan mentega dan madu, sebelum anak itu dipisahkan untuk makan, sebelum anak itu mengenali tangan kanan dari tangan kiri, kedua raja yang engkau takuti itu akan mati. Tidak perlu lagi merasa takut kepada mereka. Keduanya merupakan akhir, merupakan ujung dari kayu yang terbakar habis.”
Apakah hal itu kemudian terjadi? Di dalam tiga tahun, Rezin, raja Aram, telah dibunuh oleh Tiglath Pileser, dan di dalam periode waktu yang sama, Pekah, raja dari Samaria, telah dibunuh oleh Hosea, penerusnya dan merupakan raja yang terakhir dari kerajaan utara.
Saya dapat memahami bagian dari pertanda itu dengan mudahnya. Bagian yang pertama dari pertanda itu sedikit agak berbeda. Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel – “Tuhan beserta kita.”
Bagaimana mungkin terjadi bahwa sebuah pertanda menjadi kenyataan 750 tahun kemudian boleh menjadi pertanda bagi Ahas? Saya harus melihatnya lagi, mempelajarinya, dan menjadi semakin jelas kelihatan kepada saya ketika saya telah mempelajarinya. Apa yang dikatakan oleh nabi Yesaya kepada Ahas adalah demikian: “Engkau begitu takut pada kedua ujung akhir puntung kayu yang terbakar ini - Rezin dari Aram dan Pekah dari Samaria – bahwa mereka akan datang untuk memusnahkan bangsa Tuhan serta menghancurkan keturunan Daud. Akan tetapi dengarkanlah firman Tuhan.”
Sekarang, pemberitahuan saya yang pertama dari apa yang dikatakan oleh nabi Yesaya, adalah perubahannya akan kata-kata gantinya. Ketika dia berkata, “Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas,” kata gantinya berbentuk tunggal. Yang dimaksudkan adalah Ahas. “Engkau, wahai Ahas. Allah berfirman, ‘Mintalah apa saja.’”
Dan ketika dengan sok alimnya serta dengan munafiknya Ahas menolak, lalu kemudian nabi Yesaya mengganti kata gantinya. Kata “engkau” itu menjadi dalam bentuk jamak. Yang dimaksudkannya adalah keluarga keturunan Daud. Yang dimaksudkannya adalah Yehuda serta bangsa Tuhan, dan dia menujukannya kepada siapa saja yang pernah berseru memanggil nama Tuhan: “Dengarlah sekarang firman Tuhan . Tuhan Allah sendiri akan memberikan sebuah pertanda bagimu, dan inilah pertanda itu. Engkau takut bahwa Tuhan Allah akan mengizinkan Rezin dari Aram serta Pekah dari Samaria menghancurkan keluarga Daud serta menghancurkan tahtanya serta memusnahkan bangsa Tuhan. Dengarkanlah firman Tuhan serta dengarkanlah kepada pertanda yang akan diberikan oleh Tuhan Allah”
Tuhan Allah mengingat janji perjanjian yang diperbuat-Nya kepada Daud seperti yang tertulis di dalam kitab 2 Samuel 7:13, “Engkau akan mendapatkan seorang putra, dan Dia akan duduk di atas takhta itu, dan Dia akan memerintah untuk selama-lamanya, dan tahta kerajaan-Nya akan kokoh untuk selama-lamanya.” Tuhan Allah ingat pada janji-Nya kepada Daud itu.
Tidak akan ada raja yang mampu menghancurkan tahta Allah yang telah dijanjikan untuk Anak itu. Dan Anak itu, Anak yang akan memerintah itu, Yang akan duduk di atas tahta bapa-Nya, Daud – Anak itu ada di dalam ingatan Tuhan Allah akan janji-Nya seperti yang tertulis di dalam kitab Kejadian 3:15, “Seorang perempuan, seorang perempuan akan melahirkan seorang Anak, dan akan meremukkan kepala Iblis.” Keturunan dari seorang perempuan.
Dan nabi Yesaya berkata Tuhan Allah mengingat perjanjian yang telah diperbuat-Nya dengan bangsa Yehuda melalui Yakub, seperti yang tertulis di dalam kitab Kejadian 49:10, Tuhan Allah berfirman, “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai – Syiloah - dia datang yang berhak.”
Dan tahta itu, tahta yang saudara-saudara pikir akan sempoyongan di hadapan serangan gencar kedua puntung kayu ini, tahta itu akan kokoh untuk selama-lamanya di dalam janji perjanjian Tuhan Allah. Dan Raja yang akan duduk di atas tahta itu akan dinamakan “Tuhan Allah, Tuhan Allah beserta kita,” lahir dari seorang perempuan muda: Pertanda itu, pengertiannya, lahir dari seorang perawan. Itulah yang dikatakan oleh Tuhan Allah dan itulah apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Allah.
Nah, kita akan meneruskan melalui nubuat itu. Setelah dia menyampaikan nubuat akan Immanuel ini, kelihatannya bahwa nabi Yesaya dipernuhi dengan pasang naik firman-firman yang kudus datang dari sorga. Dan yang pertama, dimulai dari ayatnya yang ke 17 di dalam pasal yang ke tujuh sampai dengan ayat yang ke 22, yaitu ayatnya yang terakhir, dari pasal yang ke delapan, semua dari nubuat itu berisikan teror. Isinya merupakan suatu hukuman yang mengerikan:
Tuhan akan mendatangkan atasmu dan atas rakyatmu dan atas kaum keluargamu . . . yakni raja Asyur . . . pada hari itu setiap tempat akan menjadi tempat puteri malu dan rumput . . . dan akan melihat ke bumi, dan sesungguhnya, hanya kesesakan dan kegelapan, kesuraman yang mengimpit, dan mereka akan dibuang ke dalam kabut.
Keseluruhan nubuat itu berupa kabut. Yang akan terjadi seperti yang dikatakan oleh nabi Yesaya. Ahaz yang ini telah menyerahkan rakyatnya ke dalam genggaman tangan Tiglath Pileser, raja Asur itu. Orang Asyur itu datang, dan dia tidak hanya menghancurkan suku dari utara itu saja, akan tetapi termasuk Samaria, dan untuk selamanya membuat kerajaan sepuluh suku dari utara itu dalam keadaan terbuang dan menyebar kemana-mana, akan tetapi di dalam masa hidup nabi Yesaya sendiri, ada empat kali orang-orang Asyur yang kejam serta tidak berperi kemanusiaan itu menyerbu Yehuda. Dan kalau bukan karena adanya campur tangan dari Tuhan Allah, ketika raja Asyur Sanherib mencengkeram Yerusalem di dalam ragum, keseluruhan bangsa itu pastilah sudah binasa.
Demikianlah kegelapan dari nubuat seperti yang tertulis di dalam kitab Yesaya 7:17 - Yesaya 8:22, sebuah nubuat tentang kegelapan, kemuraman tengah malam dari kekejaman yang tidak berperi kemanusiaan, dari kehilangan, dari serangan yang melanda bangsa itu.
Lalu kemudian seperti yang tertulis di dalam pasal yang ke sembilan, di dalam pasal yang ke sembilan, tiba-tiba Yesaya membuka ke dalam salah satu nubuat yang paling penuh dengan keagungan dari perkataan-perkataan manusia dan merupakan salah satu bagian ayat yang luar biasa yang dapat dibaca di dalam Firman Allah yang terilhami itu: “Meskipun demikian . . . walaupun begitu.” Walaupun seluruh bumi ini terbenam ke dalam kegelapan dan seluruh bumi ini dipenuhi dengan kesesakan serta penderitaan yang mendalam:
Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu Tuhan merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang Yordan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.
Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.
Sebab seorang Anak telah lahir untuk kita, seorang Putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya,dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Besar kekuasaan-Nya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaan-Nya, karena Ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.
Kecemburuan Tuhan semesta alam akan melakukan hal ini.
[Yesaya 9:1-6]
Apa yang saudara-saudara pikirkan tentang hal itu? Apakah saudara-saudara percaya akan hal itu? Sesungguhnya seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia “Tuhan beserta kita.” Dan nama Anak itu disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Apakah saudara-saudara percaya akan hal itu?
Dengan kebulatan suara, orang-orang fasik, dan orang-orang atheis serta kaum kritikus dan orang-orang yang skeptis itu berkata, “Tidak, hal yang seperti itu tidak masuk di akal! Adalah hal yang mustahil Allah akan dilahirkan dari seorang perempuan! Bagaimana pendapat saudara-saudara sekalian?
Kaum liberal dan kritikus yang lebih tinggi itu, mereka yang mengikuti cara berfikir ilmu agama modern yang menyesatkan itu, mereka mengatakan semuanya ini tidak lebih dari ucapan-ucapan ketimuran yang berlebihan serta perumpamaan yang puitis. “Tidak,” kata mereka, “Tidak mungkin!” “Tidak, mustahil!” demikian kata orang-orang penganut paham humanis serta orang-orang penganut paham materialis, dan orang-orang penganut paham sekuler tersebut, “Untuk selamanya tidak mungkin terjadi hal yang seperti itu. Dia boleh saja sebagai orang yang ajaib, akan tetapi Dia bukanlah seorang Penasihat yang Ajaib. Dia boleh saja seorang nabi yang penuh dengan keagungan, akan tetapi Dia bukanlah Allah yang Perkasa, Dia boleh saja seorang pemimpin yang luar biasa, akan tetapi Dia bukanlah Bapa yang Kekal, Raja Damai itu!” Demikianlah bahwa dengan kebulatan suara, seluruh orang-orang dari dunia modern, dunia skeptis serta dunia liberal itu mengakui. “Tidak! Tidak! Tidak!”
“Ya! Ya! Ya!” demikianlah dikatakan Matius, “karena semuanya ini akan terjadi sehingga akan digenapi apa yang telah dikatakan oleh Yesaya nabi itu, yang mengatakan, Sesungguhnya seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia “Tuhan beserta kita.”
“Ya!” demikian dikatakan oleh Yohannes, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
“Ya,” demikian dikatakan oleh Paulus, “Karena Dia adalah gambaran nyata dari Tuhan Allah yang tak terkalahkan!”
Akan tetapi salah seorang dari kaum kritikus tajam mendatangi saudara-saudara dan dia berkata, “Beritahukanlah kepada saya dengan sejujurnya, beritahukanlah kepada saya: jika seorang gadis yang berusia tujuh belas tahun mendatangi saudara-saudara sekalian, dia sedang hamil, dan dia berkata kepada saudara-saudara, ‘Anak saya tidak memiliki seorang bapa duniawi, anak saya diperanakkan oleh Tuhan.’ Maukah saudara-saudara mempercayainya? Akankah saudara-saudara mempercayainya?”
Tunggulah, tunggulah … saya mungkin apabila … tidak, saya pasti mau apabila: yang pertama, kelahiran anak itu telah diprediksikan sebelumnya sejak awal penciptaan terjadi. Apabila setiap nabi yang pernah hidup telah meramalkan kedatangan-Nya yang penuh dengan keagungan; apabila ketika Dia mati, pada hari yang ke tiga Dia bangkit dari antara orang-orang yang sudah mati; dan seandainya, pada saat kenaikan-Nya ke sorga, ada jutaan dan jutaan orang yang telah menyerahkan hidupnya di dalam nama-Nya. Jika itu adalah Anak itu, yang pada saat kelahiran-Nya seluruh semesta sorga berubah menjadi keagungan serta api, dan para malaikat bernyanyi memberitakan kedatangan-Nya, jika demikian Anak itu, ya, ya, ya.!
Karena seperti yang saudara-saudara lihat, ini merupakan campur tangan dari pada Tuhan Allah di dalam sejarah umat manusia serta di dalam kehidupan manusia. Tuhan Allah turun ke bumi, dan kisah mengenai cara kedatangan Tuhan kita yang penuh dengan keagungan ke dalam dunia ini merupakan kisah yang sejenis, di dalam keharmonisan, di dalam keindahan simfoni dengan cara-Nya pergi dari dunia ini. Kelahiran dari seorang perawan, Pada mula kehidupan Tuhan kita, merupakan sepotong, merupakan satu jenis seperti kebangkitan Tuhan kita di akhir hidup-Nya; sama secara keseluruhan.
Dan ketika saya membaca di dalam Kitab Suci Tuhan bahwa Dia datang dan diasumsikan mengambil bentuk sebagai seorang manusia, dan daging manusia, bahwa dia mungkin akan mati karena dosa-dosa kita, saya tidak adanya perbedaan di dalamnya daripada yang saya alami ketika saya melihat Dia mati karena kita di kayu salib; dan ketika saya melihat-Nya bangkit untuk pembenaran kita; dan ketika saya mendapatkan pengalaman ketika saya berdoa kepada-Nya di sorga; dan jaminan penghiburan serta kekuatan bahwa Dia datang kembali untuk menjadi Raja dan Tuhan di seluruh permukaan bumi ini. Semuanya dari satu kepingan, semuanya dari suatu keharmonisan, dan semuanya berasal dari pada Tuhan Allah, keseluruhannya.
Saya mengakhiri: semua hal yang terjadi di dalam sejarah bersekutu, bekerja bersama-sama untuk kedatangan-Nya. Dan Dia datang di dalam kesempurnaan waktu. Seluruh dunia dipenuhi dengan penantian bahwa dari sebelah timur akan datang seorang Juru Selamat Mesias yang agung.
Tacitus, seorang ahli sejarah Romawi, membicarakan hal tersebut. Suetonius, seorang ahli sejarah Romawi, membicarakan hal tersebut. Mereka, yang datang dari tempat yang sangat jauh itu, berkata kepada raja Herodes di Yerusalem, “Kami telah melihat bintang-Nya di sebelah timur. Kami telah melihat bintang-Nya di sebelah timur, dan kami datang untuk menyembah Dia, di manakah Raja yang baru itu?” Seluruh dunia penuh dengan penantian akan datangnya Tuhan itu. Dan di dalam kesempurnaan waktu, sama seperti yang telah diberitahukan oleh nabi itu tujuh ratus lima puluh tahun sebelumnya, Dia benar-benar datang.
Bolehkah saya menyampaikan sebuah pengamatan penutup yang pendek secara ilmu theologi? Demikian: Jika Dia tidak dilahirkan, Allah di dalam wujud seorang manusia, jika Dia tidak dilahirkan dari seorang perawan, Jika Dia dikandung sama seperti kita semua, lalu kemudian pada saat Dia mati, Dia mati untuk dosa-dosa-Nya sendiri, maka Dia bukanlah Juru Selamat saya. Dia tidak mungkin menjadi Juru Selamat saya, karena Dia harus mati karena dosa-dosa-Nya sendiri, sama seperti kita semua yang mati karena dosa-dosa kita sendiri, Dia mati hanya sebagai salah satu dari antara kita semua.
Dia mungkin seorang yang baik, seorang yang terpuji, seorang yang terkenal, mungkin orang yang paling hebat. Dia mungkin saja seseorang yang cemerlang pemikirannya, mungkin seorang filsuf yang terbaik, serta seorang arif yang pernah ada. Dia mungkin saja seseorang yang memiliki pribadi yang menyenangkan, akan tetapi apabila Dia dilahirkan sama seperti kita semua, Dia lahir dari orang-orang yang berdosa, suatu kecenderungan serta persamaan untuk dosa yang tidak dapat kita sangkal, maka hal itu akan menarik kita ke bawah. Dan bagaimanapun seseorang boleh mengatakan, “Saya akan menjadi sempurna!” Meskipun demikian tarikan dosa itu akan mendorongnya ke bawah. Dia menuju ke arah sana juga, apabila Dia dilahirkan sama seperti saudara-saudara sekalian dan sama seperti bagaimana saya dilahirkan, dengan seorang bapa yang bersifat duniawi – dikandung di dalam dosa dan lahir di dalam perbuatan dosa – Dia bukanlah seorang Juru Selamat.
Akan tetapi Tuhan Allah berfirman bahwa inilah janji yang yang diperbuat ketika di taman Eden:
“Perempuan, keturunan dari perempuan itu akan mememarkan, akan meremukkan kepala Iblis itu.” [Kejadian 3:15]
Inilah janji itu: “Daud akan mendapatkan seorang Anak yang akan duduk di atas takhta-Nya untuk selama-lamanya.” [Yesaya 9:7]
Inilah janji itu: “Namanya adalah Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal.” [Yesaya 9:6]
Inilah janji itu: “Namanya adalah Immanuel – Tuhan beserta kita - [Yesaya 9:6] dan sama seperti Tuhan Allah, Dia berkuasa memikul semua dosa-dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib itu.
“Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.” [Roma 5:20]
Inilah Juru Selamat kita, yang oleh diri-Nya sendiri – sebagai pengganti diri kita – mengalami penderitaan karena dosa-dosa kita sehingga kita boleh mendapatkan pengampunan dari Tuhan Allah serta hidup yang tidak berkesudahan di dalam nama-Nya yangAjaib. Dan inilah kabar baik yang akan diberitakan, yang akan di gembar-gemborkan, yang akan dikhotbahkan ke seluruh dunia! Kristus datang untuk menyelamatkan jiwa manusia dan itulah sebabnya mengapa mereka menamakan Dia Yesus – Iesu – Juru Selamat, karena Dia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka, suatu hari nanti akan menghadirkan kita tanpa noda, tanpa cacat, tanpa kesalahan ataupun kekeliruan, di hadirat kemuliaan yang agung itu. Inilah Kristus, Tuhan kita Yang hidup.
Saat ini kita menaikkan permohonan, kita menyanyikan himne undangan kita, untuk menerima Tuhan sebagai milik saudara-saudara, untuk memberikan hidupmu kepada-Nya di dalam iman kepercayaan serta di dalam pengakuan, atau untuk menyerahkan hidupmu bersama-sama dengan kami di dalam lingkaran dan di sekeliling dari gereja yang berharga ini, maukah saudara-saudara datang?
Maukah saudara-saudara datang dan berdiri di samping saya, di sini? Pak Pendeta, aku memberikan tanganku kepadamu, aku telah memberikan hatiku kepada Tuhan. Inilah istriku, inilah anak-anakku, kami semua datang pada hari ini.” Atau hanya anda sendirian, yang berada di tempat yang paling atas di balkon, yang berada di barisan tempat duduk yang paling ujung, masih ada waktu dan tempat yang luang, datanglah sekarang juga. Lakukanlah sekarang juga, turunlah dari salah satu anak tangga ini, masuk ke dalam lorong itu dan majulah ke depan, “Inilah aku, Pak Pendeta, aku datang sekarang juga. Di dalam hatiku telah aku putuskan, dan aku sedang menuju ke sana.” Lakukanlah, sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.