SEORANG ANAK TELAH LAHIR (ANAK YANG AJAIB)
(A CHILD IS BORN (THE WONDERFUL CHILD)
Dr. W. A. Criswell
Yesaya 9:6
12-21-75
Di radio dan di televisi, saudara-saudara sedang turut bersuka cita bersama-sama dengan kami di dalam kebaktian-kebaktian dari Gereja Baptis Yang Pertama di kota Dallas. Dan harinya akan segera tiba ketika seluruh bangsa akan mendapatkan kesempatan untuk bersukacita bersama-sama dengan kami beserta dengan saudara-saudara sekalian di dalam kebaktian-kebaktian dari gereja kita yang tertulis, ketika mereka ditempatkan di tengah-tengah seluruh penduduk dari bangsa ini.
Ini adalah pendeta yang menyampaikan warta yang berjudul: Anak Yang Ajaib. Dan nas untuk itu diambil dari kitab Yesaya 9:6. Karena saya sedang berkhotbah sepanjang isi kitab Yesaya pada kebaktian-kebakian di gai hari ini, nas untuk kita diambil dari nabi yang tiada bandingannya itu, Yesaya 9:5 - 6:
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasehat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai.
Besar kekuasaanya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan Tuhan semesta alam akan melakukan hal ini.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita” – demikianlah kemanusiaan-Nya. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita” – demikianlah keilahian-Nya. Karena dia adalah seorang Anak sebelum Dia dilahirkan, Anak Allah Yang kekal. Nas tersebut dimulai di dalam penjelmaan-Nya, di dalam sisi kemanusiaan-Nya, di dalam kemiskinan-Nya, dan hal tersebut bangkit dengan perlahan-lahan menjadi keilahian-Nya dan kerajaan-Nya yang kekal untuk selama-lamanya. Dia akan memerintah untuk selama-lamanya dan nama-Nya disebutkan Penasehat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal.
Hal itu dimulai dengan penjelmaan-Nya, dimulai dengan masa kemanusiaan-Nya. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita.” Begitu banyak nubuatan-nubuatan di dalam kitab Yesaya mengenai kesederhanaan serta penderitaan Tuhan kita. Pasal yang ke lima puluh tiga dari nubuat-nubuat tersebut dituliskan oleh seseorang, oleh nabi Yesaya ini, seolah-olah dia sendiri yang berdiri di bukit Kalpari dan menyaksikan wafatnya Yesus, seolah dia sendiri yang berdiri di dalam salah satu dusun kecil di wilayah Yudea atau Galilea dan melihat Yesus melintas.
“Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan Tuhan dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.
Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.”
Demikianlah sisi kemanusiaan-Nya. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita.”
Nabi itu membawa kita ke kota yang kecil bernama Betlehem, menuju ke sebuah kandang dan sebuah palungan, dan di sana kita melihat anak kecil yang lahir dari pada perawan Maria. Tidak ada sangkakala yang dibunyikan di setiap istana sang Kaisar, akan tetapi hari kelahiran itu merupakan hari kelahiran yang paling agung di dalam sejarah umat manusia.
Bahkan Herodes, sang raja, kepada siapa pemberitahuan itu disampaikan bahwa anak tersebut telah dilahirkan, bahkan tidak mau bersusah-susah pergi melihat keajaiban tersebut yang hanya berjarak sekitar lima mil saja. Begitu juga dengan kaum Parisi, tidak juga dengan para juru tulis, tidak juga dengan kaum Saduki, tidak juga dengan para pemuka agama dari bangsa itu.
Inilah kesederhanaan-Nya. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,” dan nabi itu membawa kita ke palungan yang ada di kota Betlehem itu. Inilah sisi kemanusiaan-Nya. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,” nabi itu membawa kita ke ruang kerja perbengkelan itu dan saat-saat membosankan yang lama di sepanjang hari itu. Karena itulah mereka menyebut-Nya Tukang Kayu.
Di dalam nas ini, nabi itu memperkenalkan pelayanan permandian-Nya kepada kita di sungai Yordan oleh Yohannes Pembaptis. Di dalam nas ini, nabi itu memperkenalkan sisi kemanusiaan dari Tuhan kita, memperkenalkan padang gurun dan rasa laparnya, kepada sumur dan rasa hausnya, kepada danau Galilea dan badai di tengah malamnya, kepada taman Getsemane dan penderitaan di dalamnya, dan kepada bukit Kalpari di mana mereka memakukan-Nya ke kayu itu dan kemudian Dia wafat.
Ini adalah nas yang memperkenalkan sisi kemanusiaan dari Tuhan kita sejak dari buaian sampai pada ke kayu salib kepada kita, dari palungan sampai dengan kematian-Nya. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita.”
“Sebab seorang Anak telah lahir untuk kita.” Ini merupakan keilahian-Nya. Tanpa kegagalan dan tanpa pengecualian, semua kitab di dalam Kitab Suci menyebutkan Kristus Mesias sudah ada bahkan sebelum ada, dan mereka menggambarkan pekerjaan yang dilakukan-Nya sebelum adanya pondasi dari dunia ini.
Dia merupakan rekan yang sama dan rekan yang ada dengan bapa. Dan di dalam Dia kita melihat kasih karunia dan kemuliaan Tuhan. Dia datang dari Bapa, dan dia akan kembali kepada Bapa, dan hidup-Nya di saat-saat kemanusiaan-Nya hanyalah merupakan sebuah lembah diantara dua puncak gunung yang menjulang besar yang mencapai langit sendiri.
Karena sebagian besar dari kita begitu terlibatnya di dalam lembah tersebut, di hari-hari kemanusiaan-Nya, di dalam hidup-Nya di muka bumi ini, sehingga kita melupakan kedua puncak gunung besar yang menutupinya pada kedua sisinya, turunnya Dia dan sikap merendahkan diri-Nya dari kemuliaan-Nya dan kepulangan-Nya ke tangan kanan Kemuliaan yang begitu tinggi. Akan tetapi Tuhan kita sudah hidup jauh sebelum ketika di Betlehem. Dia adalah penjelmaan dari Tuhan Allah.
Saya tidak tahan kecuali membaca hasil karya dari William Wordsworth, sebuah khayalan tentang kehidupan kita sendiri yang puitis. Dia berfikir di dalam bentuk yang puitis dan di dalam imajinasi yang penuh dengan khayalan yang mungkin kita mengalami suatu keberadaan sebelumnya dan telah datang ke dalam dunia ini. Dia menulis seperti bentuk yang indah ini:
Kelahiran kita tidak lain adalah sebuah tidur dan melupakan
Jiwa yang bangkit bersama kita, bintang kehidupan kita
Seandainya ada pengaturannya lagi di tempat yang lain
Dan datang dari tempat yang jauh di sana.
Tidak dalam kelupaan yang menyeluruh
Dan tidak dalam ketelanjangan semata,
Akan tetapi kepada awan kemuliaan kita akan datang
Daripada Tuhan Allah yang merupakan rumah kita.
[“Menapaki Awan-awan Kemuliaan”]
Tentu saja, puisi ini tak lain hanya merupakan sebuah khayalan yang puitis, sesuatu yang dituliskan oleh para penulis yang berharga. Akan tetapi di dalam nama Kristus, hidup-Nya yang benar-benar telah menjadi raja di sorga dan penjelmaan-Nya adalah ketika turunnya Dia ke dunia ini dari takhta kemuliaan-Nya.
Tidak satupun dari antara murid-murid-Nya dan tak satupun kitab dari Kitab Suci yang pernah menyajikan kehidupan Yesus seolah-olah kehidupan itu di mulai dari kota Betlehem. Tanpa pengecualian semua mereka membicarakan tentang sudah adanya kemuliaan Anak Allah, sang Raja Damai.
Sebagai contoh, Yohannes Pembaptis memulai Injil yang keempatnya yang penuh dengan keagungan itu seperti ini: “Pada mulanya adalah logos – Firman.” Dan seandainya saya dapat menterjemahkan kalimat itu di dalam kepercayaan saya sendiri, maka saya akan mengatakannya seperti ini: “Pada mulanya adalah Tuhan Allah yang kreatif berbuat dengan aktifnya. Pada mulanya adalah logos.” Diterjemahkan di dalam terjemahan versi King James, “Firman.” Dan “Firman,” itu secara aktif, kreatif, berbuat - “Firman itu bersama-sama dengan Allah,” dan pernyataan dari Tuhan Allah yang aktif, kreatif, berkuasa itu “adalah Tuhan Allah sendiri.”
“Segalanya diciptakan oleh Dia.” Tuhan Allah yang berbuat ini, logos itu, Firman itu, dan “tanpa Dia, tidak ada apapun yang diciptakan.” Lalu kita melihat ke bawah, kepada ayat yang ke empat belas: dan Tuhan Allah yang aktif, menciptakan, yang menggerakkan itu “telah menjadi manusia dan diam di antara kita. Dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Ini adalah pengungkapan yang dijelaskan oleh Alkitab kepada kita, bahwa Kristus - Kristus yang lahir di kota Betlehem itu – adalah penjelmaan dari Tuhan Allah yang sudah ada sebelumnya.
Paulus mengatakan hal yang sama dengan ini di dalam pasal yang pertama dari Kitab Kolose: “Ia adalah gambar Allah yang yang tidak kelihatan.” Jika saudara-saudara ingin mengetahui bagaimana Allah itu, lihat saja Kristus. Ketika saudara-saudara melihat Kristus, saudara-saudara akan melihat Allah. Ketika saudara-saudara menyembah kepada Kristus, saudara-saudara sekalian menyembah kepada Allah. Ketika saudara-saudara mencintai Kristus, saudara-saudara sekalian mencintai Allah. Ketika saudara-saudara mematuhi Kristus, saudara-saudara sekalian mematuhi Allah. Ketika saudara-saudara mengikut Kristus, saudara-saudara sekalian mengikut Tuhan Allah.
Jika saudara-saudara ingin mengenal bagaimana rupa Tuhan Allah, lihat saja Kristus.
“Ia adalah gambar Allah yang yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa, segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu “sunistemi - ada” di dalam Dia.”
Sekarang, apakah arti dari sunistemi itu? Dan di dalam Dia segala sesuatu sun – dengan – istemi berhenti. Dan di dalam Dia segala sesuatu “berdiam bersama”; yaitu, di dalam Dia, segala sesuatu melekat, di dalam Dia segala sesuatu ada. Di dalam ia segala sesuatu berkumpul bersama. Pusat yang besar dari seluruh alam semesta ini di langit dan di bumi dan di dalam seluruh penciptaan adalah Anak Allah, Dia yang lahir di kota Betlehem itu.
Penulis dari kitab Ibrani mengatakannya seperti ini:
“Setelah pada zaman dahulu kala Allah berulang kali dan dalam perlabagi cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah.”
Ini adalah Tuhan Allah, kemuliaan Allah, hadirat dan menjadi Allah, This is God, the glory of God, the presence and the being of God, rekan yang sama sederajat dengan Tuhan Allah yang sudah ada sejak dahulu, datang ke bawah sini di dalam wujud manusia dan di dalam daging manusia.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita.”
Tuhan tidak pernah menyebutkan diri-Nya telah dilahirkan, tidak pernah. Akan tetapi, Dia mengatakannya seperti ini. Dia selalu menyebutkan diri-Nya sendiri sebagai hal – “Aku telah diutus atau Aku berada di sini dari sorga dengan sebuah tugas dan dengan sebuah maksud.” Dia akan mengatakannya seperti ini: “Sebelum Abraham ada, Aku sudah ada.”
Di dalam kitab Yohannes, pasal yang ke tujuh belas dari ayatnya yang kelima, doa seorang Imam Besar, Dia berdoa: “Ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita.” Kristus yang sudah ada sebelumnya.
Sekarang, ada tiga hal yang seiringan, yang merupakan kesimpulan, yang merupakan tambahan dari penyingkapan akan Kitab Suci yang luar biasa dahsyatnya itu. Hal yang pertama: Ini merupakan sebuah penyingkapan yang mana di tengah-tengah alam semesta ini adalah kasih dari Tuhan Allah, kepedulian dari Bapa surgawi. Segala sesuatunya memperdebatkannya, akan tetapi hal ini menyingkapkan kebenarannya yang alami. Di tengah-tengah alam semesta ini terdapat kasih dan perhatian Tuhan Allah kepada kita semua, seluruh tindakan kepada apa akan ditunjukkan oleh Tuhan Allah bagi kita adalah perhatian-Nya yang penuh kasih dan penuh penuntunan.
Seperti Tuhan Allah mengatakannya: “Tuhan Allah berada di dalam Kristus, membuat perdamaian antara dunia ini dengan diri-Nya sendiri, tidak menyalahkan kita atas seluruh pelanggaran yang kita lakukan, seluruh dosa-dosa kita.” Coba saudara-saudara lihat sebentar saja akan hal itu. Lihatlah sebentar. Tanyakan pada alam, “Apakah Tuhan Allah itu kasih? Apakah benar?” Dan dengarkanlah alam menjawab di dalam badai dan di dalam angin topan, dan di dalam angin putting beliung, dan di dalam kilat, dan di dalam petir, dan di dalam angin, dan api serta air bah dan gelombang pasang surut – semuanya itu merupakan kekejaman, kadang kala merupakan teror dari alam.
Tanyakanlah sejarah tentang: “Apakah Tuhan Allah itu kasih?” Bukalah lembaran-lembaran sejarah. Itu merupakan kisah ketidak perikemanusiaannya manusia. Itu merupakan kisah tentang pertumpahan darah, tentang peperangan, tentang pemerkosaan, tentang kekerasan. Tanyalah kepada sejarah apakah Tuhan Allah itu adalah kasih, dan sejarah akan menjawabdengan kalima5t-kalimat yang membuat menjadi gelap dan nubuat-nubuat yang tidak menyenangkan.
Tanyakanlah kepada kehidupan, “Apakah Tuhan Allah itu ada?” Dan kehidupan akan menjawab di dalam istilah-istilah yang menakutkan dan mengerikan. Hidup ini dipenuhi dengan bibit penyakit dan kegelapan dan marabahaya serta kematian. Hal yang pertama pagi hari ini ketika saya sampai ke gereja ini adalah pemberitahuan bahwa salah satu dari anggota jemaat kita yang sudah ada di sini selama lima puluh dua tahun lamanya, telah meninggal dunia, dan mereka telah meminta kesediaan saya untuk menyelenggarakan pelayanan pemakamannya pagi hari tadi. Saya tinggal di dalam sebuah dunia yang seperti itu, di dalam dunia yang dipengaruhi oleh usia dan penyakit dan menjadi sakit dan penderitaan dan berkeluh kesah dan menangis serta kematian.
Tanyakanlah hidup dari Tuhan kita apakah Tuhan Allah itu adalah kasih. Dia datang dengan kehendak-Nya sendiri dan bangsa-Nya sendiri tidak menerima Dia. Dia menjalani hidup yang penuh dengan penolakan dan penyangkalan dan pada akhirnya disalibkan, dipakukan ke sebuah kayu, dan di dalam penderitaan dan di dalam kesengsaraan berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Satu-satunya jawaban yang akan saudara-saudara dapatkan terhadap pertanyaan itu – apakah Allah itu kasih; apakah Tuhan itu baik; apakah Dia itu simpatik, dan penuh rasa kasihan dan pengertian? – satu-satunya jawaban yang akan saudara-saudara temukan berada pada penjelmaan Yesus Kristus menjadi manusia. Ini merupakan perwujudan dari perhatian Tuhan kepada kita.
Paulus menuliskan seperti itu di dalam pasal yang ke lima dari kitab Roma: , ike this in the fifth chapter of the Book of Romans:
“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati -. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Di tengah-tengah alam semesta terdapat kasih kepedulian Tuhan bagi kita. Dan inilah Allah, yang turun ke bumi sehingga Dia boleh membawa harapan dan penghiburan dan kekuatan dan pengampunan dan hidup dan kebangkitan terhadap kesengsaraan yang kita kenal di dalam kehidupan ini. Pengharapan dan terang dan kegembiraan dan kasih karunia, pengampunan – semua itu terpenuhi di dalam sebuah palungan di kota Betlehem.
Pengarang dari puisi ini tidak diketahui. Akan tetapi betapa indahnya, betapa mengesankannya dan betapa benarnya:
Malam itu ketika di langit daerah Yudea
Bintang Mistis membagikan terangnya,
Seorang buta bergerak di dalam tidurnya
Dan bermimpi bahwa dia mendapatkan penglihatan.
Malam itu ketika para gembala mendengarkan
Nyanyian Paduan Suara para malaikat semesta alam,
Seorang tuli digerakkan dalam tidurnya yang tenang
Dan bermimpi dia dapat mendengar.
Malam itu ketika di dalam kandang ternak
Anak dan ibu yang tertidur saling berdampingan,
Seorang lumpuh menggerakkan anggota badannya yang keseleo
Dan dia memimpikan bahwa dia sudah utuh kembali.
Malam itu ketika bayi yang baru lahir itu menangis,
Maria yang lemah lembut bangkit untuk memberikan sandaran,
Seorang penderitakusta tersenyum di dalam tidurnya
Dan memimpikan bahwa penyakitnya sudah dibersihkan darinya.
Malam itu ketika meminta pelukan ibu di dadanya
Raja kecil itu merasa aman di dalam rangkulan,
Seorang pelacur mendapatkan tidur yang menyenangkan
Dan memimpikan bahwa dia sudah suci kembali.
Malam itu ketika di dalam palungan terbaring
Sang Suci yang datang untuk menyelamatkan,
Seorang pria digerakkan di dalam tidur kematian
Dan memimpikan bahwa tidak ada kubur di sana.
Tidak ada bukti-bukti lain dan tidak ada pengharapan yang lain dan tidak ada wahyu lainnya bahwa ditengah-tengah alam semesta ini terdapat suatu kasih dan kepedulian yang mencapai sampai kepada kita di bawah sini. Kita hanya melihatnya di dalam anugerah Allah di dalam Kristus Yesus, bahwa Tuhan Allah telah datang ke bawah sini untuk bersama-sama dengan kita sebagai pengharapan kita, sebagai terang dan kesenangan dan kehidupan dan kebangkitan serta pengampunan dan sorga kepada kita.
Hal yang kedua – hal yang saling beriringan ini, akibat-akibat yang wajar ini, kesimpulan-kesimpulan ini, tambahan-tambahan ini, yang mengikuti penjelmaan Kristus yang sudah ada dari sejak dahulu kala, bahwa Tuhan Allah menjelma menjadi manusia. Hal yang kedua: di dalam sifat merendahkan diri itu terungkap kasih karunia dan kemuliaan yang sebenar-benarnya dari Yesus Tuhan kita.
Kenyataan bahwa Dia itu miskin tidak terbawa bersama-sama dengan-Nya karena yang perlu adalah kasih karunia dan kemuliaan. Ada begitu banyak pahlawan-pahlawan besar dari sejarah umat Kristen yang kehidupannya itu miskin, orang seperti Abraham Lincoln. Oh, betapa banyak yang bangkit sampai menuju puncaknya, yang datang dari hidup berhemat dan serba kekurangan dan kemiskinan yang mendalam. Sehinggak Dia itu miskin bukanlah kasih karunia-Nya dan kemuliaan-Nya. Kasih karunia dan kemuliaan Yesus adalah demikian, bahwa Dia itu kaya dan demi kita, Dia merendahkan diri-Nya dan menjadi miskin sehingga melalui Dia kita boleh menjadi kaya.
Rasul Paulus menuliskan seperti ini di dalam kitab 2 Korintus pasal yang ke delapan dan ayatnya yang kesembilan, dia berkata,
“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”
Demikianlah kasih karunia dan kemuliaan Tuhan Yesus. Memiliki segala sesuatunya, mempunyai segala sesuatunya, Kristus yang berkuasa di sorga ini – Dia menyerahkannya semua sehingga Dia boleh menjadi hidup dan terang serta keselamatan bagi kita semua.
Sekali lagi, kasih karunia dan kemuliaan Tuhan kita bukanlah bahwa Dia itu seorang pelayan. Ada banyak sekali orang-orang yang terbaik yang telah dilayani dengan buruk sekali. Adabanyak sekali pahlawan-pahlawan besar dari sejarah umat Kristen dari sejarah duniawi yang telah hidup di dalam tempat yang sempit dan mengecil. Akan tetapi inilah kasih karunia dan dan kemuliaan dari Anak Allah, yang merupakan Allay Yang Mahaperkasa dan Bapa yang kekal dan Raja dari Takhta Kemuliaan, bahwa dia telah turun, dia turun ke bawah ke daerah budak yang kasar bagi kita semua.
Di sini lagi, Paulus menuliskannya di dalam pasal yang kedua dari kitab Filipi: “Hendaklha kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah,” di dalam morphe dari Tuhan Allah – “Dia berada di dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,” untuk dipegang seterusnya. Terjemahan dalam versi King James menterjemahkannya sebagai “perampokan.” “Untuk menjadi setara dengan Allah, tetapi mengosongkan diri-Nya” – terjemahan di dalam versi King James: “melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba – dari seorang budak -, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” – kematian yang paling mengerikan yang pernah ditemukan yang dapat dipikirkan oleh manusia oleh siapa yang saling bertentangan antara satu dengan lainnya.
Nah, apa yang menjadai kemuliaan daripadanya itu? Sudah banyak orang yang telah disalibkan. Sudah banyak orang yang menajdi budak. Tetapi, oh, Kristus milik kita ini, Dia adalah Allah ang Perkasa, Dia adalah Bapa yang Kekal, dan Dia mau merendahkan dirinya untuk turun ke bawah untuk menjadi seorang budak, seorang pelayan bagi kita semua.
Tidak ada lagi yang lebih menggerakkan daripada untuk membaca kisah dari dalam pasal yang ketiga belas dari Injil Yohannes, ketika mereka sedang mengadakan perjamuan dan saling memperdebatkan tentang siapa yang akan menjadi paling besar di dalam kerajaan itu. Dan Tuhan melepaskan jubah-Nya – tidak ada yang lebih merendahkan kepada seorang manusia daripada untuk menjadi bertelanjang. Dia boleh saja seorang raja, dia boleh saja seorang pangeran, dia boleh saja seorang presiden, dia boleh saja seorang perdana menteri, akan tetapi ketika dia membuka pakaiannya, dia hanyalah seorang yang rendah dari seluruh umat manusia. Jika salah satu dari saudara-saudara sekalian pernah memasuki, diresmikan menjadi anggota perkumpulan Masonic Lodge, saudara-saudara tahu apa yang saya maksudkan – kerendahan tentang membuka pakaian saudara-saudara.
Dia melepaskan pakaian-Nya, dan dia melilitkan sebuah handuk ke tubuh-Nya seperti seorang budak, dan dia mulai membasuh kaki murid-murid-Nya tersebut. Itulah Tuhan kita. Apakah yang menjadi kasih karunia daripadanya dan kemuliaan daripadanya – sehingga Dia membasuh kaki orang lain? Kaum budaklah yang melakukan hal yang seperti itu. Kemuliaan daripadanya adalah demikian: Bahwa Allah yang Agung dan Perkasa itu akan membasuh kaki kita.
Oh, tidak guna heran pikiran dari seorang manusia telah berdiri di dalam perasaan terpesona selama dua ribu tahun lamanya sekarang ini, sebelum Anak ini dikaruniakan kepada kita, Tuhan Allah Yang Maha Agung yang kekal ini, yang telah mewujudkan diri di dalam diri manusia.
Saya harus bergegas.
Hal beriringan yang ketiga, sebagai akibat yang wajar, tambahan yang ketiga, kesimpulan yang ketiga bahwa bayi dalam palungan ini adalah Allah yang lahir dalam wujud manusia. Hal itu mengungkapkan bahwa di dalam pandangan Tuhan Allah, kita itu adalah sesuatu, seseorang yang layak untuk dikasihi, seseorang yang layak untuk dibela sampai mati, pantas untuk diperdulikan, pantas untuk diselamatkan.
Bukan hanya penjelmaan dari Allah yang sudah ada sejak dulu - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita” – bukan hanya menyingkapkan bahwa ditengah-tengah suatu alam semesta yang kasar terdapat kasih, dan bahwa kasih karunia dan dan kemuliaan dari Kristus terlihat di dalam sikap mau merendahkan diri dari-Nya itu, akan tetapi hal tersebut juga memiliki makna bagi kita bahwa kita itu berharga dalam pandangan-Nya.
Segala sesuatu yang kita ketahui di dalam kehidupan memperdebatkan hal tersebut, bahwa seorang manusia itu pantas untuk segala sesuatunya. Dia tidak pantas untuk apapun. Dia itu tidak kurang dari sebuah molekul atom, pada sebuah atom yang menyusup dari luar alam semesta ini secara keseluruhan. Dunia kita, bumi kita adalah kira-kira seperti sebuah atom dibandingkan kepada dunia luas yang tidak terbatas yang telah diciptakan, dan sisi riil atomsfir dan galaksi-galaksi yang ada diluar kita. Dan di bumi ini, manusia itu sebesar apa?
Saya melihat kepada gambar-gambar tentang orang-orang kurus yang kelaparan ini. Mereka hidup, mereka mati seperti lalat yang beterbangan. Siapa-siapa saja nama mereka dan siapa yang perduli kepada mereka? Dan saya memikirkan kita semua. Bagaimana dengan hidup kita? Segala sesuatu yang kita ketahui saling berdebat dan menentang bahwa kita sama dengan segala sesuatunya? Marilah kita hidup lebih lama, dan kita adalah orang-orang asing di muka bumi ini. Bahkan keluarga kita telah pergi dan sahabat-sahabat kita telah pergi, dan tidak ada seorangpun mengenal kita atau mengingat kita. Dan ketika kita mati, kita berubah menjadi debu di dalam tanah.
Oh, Tuhan, apa yang telah dikatakan oleh pemazmur itu? “Siapakah manusia yang Engkau pikirkan itu?” Yang engkau perdulikan tentang segalanya itu? Bagaimanakah dia? Dia itu tidak ada apa-apanya kecuali seekor serangga yang mati di malam hari. Dia itu tidak ada apa-apanya kecuali sebuah atom di dalam seluruh Penciptaan Allah yang sangat luas dan tidak berbatas itu. Dia itu tidak ada apa-apanya kecualikecuali sehelai daun di musim gugur yang jatuh ke atas tanah. Dia itu segumpal awan, dia itu sekepul asap. Dia telah pergi dan seluruh dunia akan melupakannya. Semuanya. Semuanya kecuali satu orang. Dia telah memberikan tanda akan kubur mana saudara-saudara akan terjatuh. Dia menelusuri jejak debu yang dulunya adalah saudara-saudara.
Di dalam kasih karunia dan kebaikan-Nya, Dia mengasihi saudara-saudara sehingga Dia mengutus satu-satunya Anak-Nya sehingga kita boleh mendapatkan penebusan dari semua dosa-dosa kita, dibawa kembali kepada kasih dan panggilan dari Yesus, dan Tuhan Allah memohon kepada kita semua.