ALLAH DAN PEMERINTAH
(GOD AND GOVERNMENT)
Dr. W. A. Criswell
Yesaya 1:1
02-16-75
. . . Tuhan Allah boleh mengembalikan pendengaran Beethoven dan membangkitkannya serta memperbolehkan dia mendengarkan bagaimana saudara-saudara sekalian melakukannya. Oh, hal itu memberkati jiwa-jiwa kita dan mengilhami hati kita semua. Kami menyambut saudara-saudara sekalian yang sedang bersama-sama dengan kami mengikuti kebaktian melalui siaran televisi dan siaran radio. Di dalam tangan saya, saya memiliki sebuah daftar dari semua kota di sekitar negara bagian ini dan di Texas menyangkut mereka yang memiliki siaran TV kabel dan jumlah rumah kepada mana kebaktian melalui televisi ini disiarkan. Dan jumlahnya berjumlah ribuan banyaknya. Ada sejumlah setengah juta rumah secara keseluruhannya, rumah-rumah yang berbeda-beda, dan anda seluruhnya yang bersama-sama dengan kami sedang beribadah melalui siaran TV kabel ini, terutama sekali dan secara khusus kami menyambut saudara-saudara sekalian. Saya juga mendapatkan sebuah tugas yang menggembirakan. Ny. Ruby Curtis yang tinggal di 403 West 2nd Street di kota Cisco, Texas, berkeinginan untuk bergabung dengan gereja kita melalui siaran televisi dan melalui surat. Beliau tidak dapat menghadiri di mana dia tinggal. Dia beribadah bersama-sama dengan kita melalui siaran televisi dan akan sangat senang untuk menjadi salah seorang anggota jemaat kita. Dan kami bergembira untuk menerima anda, Ny. Ruby Curtis, karena ketika anda mengirimkan surat permohonan ini, anda mengikutsertakan perpuluhan dan sebuah persembahan. Nah, bukankah ini merupakan seorang anggota jemaat yang baik, bukankah demikian? Semoga semua kita dapat mengikuti contoh yang diberikannya. Oleh karena itu, untuk menyambut beliau, dari kota Cisco, Ny. Ruby Curtis, dengan pendeta itu, jika saudara-saudara sekalian ingin mengucapkan salam kepadanya ketika dia terlihat di televisi, maukah saudara-saudara mengangkat tangan saudara-saudara sekalian? Terima kasih. Dan demikianlah bagi kita semua, bergembira dan bersukacita.
Salah satu impian dari hidup saya adalah memberikan khotbah mengenai nabi Yesaya, dan sekarang impian tersebut telah menjadi kenyataan. Untuk berbulan-bulan yang terbentang di depan, dan saya berharap saudara-saudara sekalian dapat meneruskannya bersama-sama dengan kami, kami akan menyampaikan warta pagi dari juru bicara Tuhan Allah yang agung dan penuh dengan kemuliaan ini. Tidak ada selembar tulisanpun di dunia ini yang dapat menandingi nubuat ini di dalam keagungan akan ungkapan, tentang khayalan dan aliran puitis, tentang kefasihan di dalam berpidato –waktu dan penutupan berpidato yang fasih, juga tidak seorangpun dari antara hamba Tuhan yang pernah melihat dengan jelas kehendak Tuhan Allah di dalam jangkauan evangelistisnya di muka bumi ini, juga tidak seorangpun hamba Tuhan yang menggambarkan dengan lebih indah dan lebih penuh dengan kemuliaan kerajaan sang Juru Selamat yang akan datang nanti itu. Pada hari Minggu pagi yang lalu kepada kita telah diuraikan mengenai pria tersebut; pada hari Minggu pagi ini, latar belakang terhadap apa dia menyampaikan pesan-pesannya. Tanpa adanya pemahaman akan keduanya, pastilah kita mengalami kegagalan di dalam pemahaman firman Tuhan yang telah disampaikannya. Nubuatan itu dimulai dengan kalimat, “Penglihatan yang telah dilihat oleh Yesaya bin Amos, tentang Yehuda dan Yerusalem dalam zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda.” [Yesaya 1:1]. Kita akan mengenali pria itu dan melihat akan kehidupan politik dan nasional, kita akan mampu memahami latar belakang terhadap apa Yesaya menyampaikan pesan-pesannya.
Uzia memerintah selama lima puluh dua tahun lamanya. Dia merupakan seorang pemimpin yang cakap dan yang diberkati serta merupakan seorang pengatur strategi militer. Bersama-sama dengan Yerobeam II, raja dari Samaria, dan Uzia, raja dari kerajaan Yehuda sebelah selatan, mereka membawa bangsa itu kembali ke masa yang penuh dengan keagungan serta kemakmuran yang telah mereka rasakan di bawah pemerintahan dari kerajaan yang bersatu oleh raja Daud dan raja Salomo. Uzia berhasil dengan baik di dalam segala hal yang diletakkan di dalam tangannya. Dia berbuat demikian selama nabi Zakharia hidup. Ada sebanyak dua puluh delapan orang Zakharia yang berbeda orang di dalam Alkitab.Dan ketika kita berfikir tentang Zakharia, kita akan berfikir tentang nabi yang menuliskan salah satu kitab di dalam Kitab Suci tersebut, nabi yang kesebelas dari duabelas Nabi Kecil – berdampingan dengan kitab yang terakhir di dalam kitab Perjanjian Lama. Yang ini bukan dia. Zakharia yang itu pulang bersama-sama dengan Jerubabel kembali dari pembuangan dari kota Babel. Yang ini merupakan seorang nabi yang tidak dikenal. Satu-satunya hal yang kita ketahui mengenai dia adalah bahwa dia memiliki suatu pengaruh baik yang luar biasa dahsyat terhadap raja Uzia. Dan selama Zakharia hidup, dengan begitu setianya dan dengan begitu baiknya Uzia melayani Tuhan. Akan tetapi ketika Zakharia meninggal di usia tuanya raja Uzia, dia berpaling dari Tuhan. Bukankah itu merupakan sebuah tragedi? Bahwa seorang pria yang mau memberikian hidupnya bagi Tuhan Allah, lalu kemudian di usia tuanya berpaling dari kesetiaan tugas pelayanan kepada Tuhan? Dan Uzia memasuki Bait Suci itu, tempat Tuhan Allah yang paling kudus itu, dan memaksa untuk merebut pelayanan yang menjadi milik dari para Imam yang telah ditugaskan untuk dirinya sendiri – ketika Uriah Imam Besar itu dan dengan delapan puluh rekannya sesama imam memohon kepada Uzia untuk tidak melakukannya. Akan tetapi raja yang kejam dan berkeras hati itu meneruskan kehendak hatinya untuk mengenyampingkan tugas pelayanan dari para imam tersebut dan melakukan pelayanan itu sendiri. Dan ketika dia melakukannya, dia diserang penyakit kusta, dan selama sisa dari kekuasaannya, dia hidup secara terpisah dan jauh karena menderita penyakit kusta, dan dia meninggal karena penyakit kusta. Akan tetapi selama zaman kemakmuran dari pemerintahan Uzia itulah pemuda Yesaya bertumbuh menjadi dewasa. Dan pada tahun terakhir dari kematian raja Uzialah bahwa Yesaya melihat penglihatan yang luar biasa yang dicatat di dalam pasal yang keenam dari Kitab tulisannya dan memulai tugas pelayanan kenabiannya.
Uzia, menderita penyakit kusta, hidup terpisah jauh, menyembunyikan dirinya, memiliki seorang putra yang bernama Yotham yang bersama-sama memerintah dengan dia. Yotham adalah seorang pria yang baik dan seorang raja yang baik. Dia nerupakan seorang raja yang cakap, seperti bapanya, dan dia meneruskan kemakmuran yang hebat itu dengan mana telah dikaruniakan oleh Tuhan Allah kepada bangsa itu. Dia adalah seseorang penuh pengabdian kepada Tuhan. Dia memperluas halaman dari Bait Suci itu. Tidak dapat disangkal lagi, Amos dan Hosea, nabi-nabi dari kerajaan sebelah utara itu, dan Mikha dari kerajaan sebelah selatan Yehuda itu, bersama-sama dengan Yesaya, memiliki suatu pengaruh yang menyegarkan terhadap Yotham. Ketika Yotham memulai pemerintahannya, Yesaya memulai tugas pelayanan kenabiannya.
Yotham diikuti oleh Ahas, dan tanpa adanya suatu pemahaman dari Ahas dan zaman dari Ahas, kita tidak akan pernah dapat agak mengerti tentang Yesaya dan mengenai firman yang telah dibawakannya dari Tuhan. Kerajaan kecil Yehuda dari sebelah selatan dikelilingi oleh hal-hal sedemikian ini: di bagian timur oleh suku bangsa Moab dan Edom; ke sebelah selatan kepada kerajaan kuno dari kaum Firaun [Mesir]; ke sebelah barat ada negara-kota Filistin; ke sebelah utara adalah negara yang tidak bersahabat dengan Israel - sering sekali disebut Efraim di dalam Alkitab; ke bagian timur laut ada kota Damaskus, ibu kota dari negara Syria. Dan ke bagian ujung utara, mencakup horison sejarah dari samping ke samping, ada kekaisaran raksasa yang kolosal, bertumbuh, meluaskan diri, kekaisaran Asyur – dengan ibukota mereka yang terkenal di Sungai Tigris yang bernama Niniwe. Di sana, di dalam kemuliaan bagian timur itu memerintah seseorang yang menyebut dirinya sebagai “raja dari segala raja,” yang mana dimatanya, kerajaan-kerajaan kecil seperti Yehuda dan Samaria tak lain dan tak bukan hanyalah seperti belalang saja. Kekaisaran sebesar gajah purba ini diperintah oleh seorang raja Asyur yang memiliki pasukan perang yang berjumlah luar biasa banyak. Kereta-kereta perangnya dengan kuda-kudanya menutupi negeri seperti belalang, dan laju mereka seperti membanjirnya sebuah samudera yang luar biasa besarnya. Ada sebanyak empat kali di dalam hidup Yesaya bahwa kekuatan angkatan perang Asyur ini melakukan kekerasan yang mengerikan dan tidak tertahankan terhadap suku bangsa Yehuda.
Binatang raksasa dari kerbau bersayap berkepala manusia Asyur itu – sayap-sayap yang bergerak dengan cepat itu, kepala manusia untuk melambangkan kepintaran, dan bentuk kerbau yang menunjukkan kekuatan – binatang raksasa dari Asyur bagaikan raksasa terhadap bangsa Yahudi. Mereka hidup di dalam teror setiap hari dari bangsa Asyur yang tidak kenal ampun dan kejam itu. Bangsa Asyur pada akhirnya membinasakan kerajaan Israel dari sebelah utara untuk selama-lamanya. Bangsa Asyur telah menghabisi kota-kota dari suku Yehuda dan menutup pintu kota Yerusalem seperti seorang manusia yang akan menutup sebuah benda dengan sifat yang buruk, dan hanya akan diselamatkan oleh karena adanya campur tangan Tuhan Allah. Bagaimana bisa bangsa Asyur itu diperkenalkan kepada bangsa Yehuda dan bagaimana bisa bangsa Asyur masuk ke dalam kehidupan politik dan nasional dari bangsa Yehuda? Semuanya itu terjadi di masa pemerintahan raja Ahas ini. Seperti yang saudara-saudara ketahui, Pekah, raja Israel di Samaria, dan Rezin, raja dari Syria di kota Damaskus, membentuk suatu kerjasama untuk menurunkan raja Ahas dari takhtanya, untuk menggempur suku bangsa Yehuda, dan menetapkan sebuah pemerintahan boneka di sana. Di dalam Alkitab, konfrontasi dan konflik itu disebut juga dengan Peperangan Antar Suku Siro-Efraim. Dan Dan raja Ahas, daripada beralih kepada Tuhan Allah dan percaya dengan Tuhan - Ahas bermaksud di dalam hatinya untuk mencari bantuan dari sumber-sumber lainnya. Yesaya, nabi Allah itu, datang ke hadapan Ahas dan berkata, “janganlah takut kepada Pekah dari Israel atau kepada Rezin dari Aram. Mereka ini tidak ada apa-apanya kecuali sekelompok penghasut saja. Mereka adalah puntung kayu api yang berasap saja,” demikianlah nabi Yesaya itu menggambarkan mereka. Dan dia berkata kepada Ahas, “Hanya percaya kepada Tuhan Allah, dan Tuhan akan menyelamatkan negerimu dan bangsamu, dan Dia akan menghancurkan Pekah dari Samaria dan Rezin dari kota Damaskus untuk selama-lamanya. Janganlah takut.” Akan tetapi raja Ahas, sudah terlebih dahulu memiliki maksud di dalam hatinya untuk permohonan akan bantuan dari yang lainnya. Dan nabi Yesaya telah berdiri di hadapannya dan berkata, “Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas sehingga Tuhan Allah akan membebaskan dan menyelamatkan bangsa itu. Mintalah.” Akan tetapi Ahas sudah terlebih dahulu memiliki maksud di dalam hatinya untuk mencari bantuan dari sumber yang lainnya, maka dengan sok alim dan begitu munafiknya Ahas menjawab, “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai Tuhan.” Dan demikian kemudian bahwa nabi Yesaya menyampaikan nubuat tentang Mesias yang Agung itu di dalam kitab [Yesaya] 7:14: "seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki,” dan melihat di balik raja yang tidak memiliki roh itu, yang tidak bertulang belakang itu, raja yang lemah itu dan raja yang terombang-ambing itu, dia melihat Mesias yang penuh dengan keagungan itu di dalam kedatangan kedaulatan dan kasih karunia-Nya. Akan tetapi kepada Ahas dia berkata “Akan tetapi sebelum anak yang lahir dari seorang perawan itu sekarang, sebelum anak laki-laki itu cukup dewasa untuk mengetahui perbedaan dari yang benar dan yang salah, Tuhan Allah akan menjauhkan Pekah dari Samaria dan Rezin dari Damaskus untuk selama-lamanya. Jangan takut.” Akan tetapi Ahas sudah terlebih dahulu memiliki maksud di dalam hatinya untuk mencari bantuan dari sumber yang lainnya.
Tempat apakah itu? Kepada apa dia beralih? Ahas berpaling kepada Tiglath-Pileser III, raja Aram yang kejam dan tidak mengenal ampun itu. Tiglath-Pileser merupakan salah seorang penakluk terbesar sepanjang masa – seperti Alexander yang Agung, seperti Julius Caesar. Hal itu tidak bermanfaat baginya kecuali menjadi baik untuk mendapatkan kesempatan untuk mencapai serta memperluas kerajaan Aram meliputi seluruh daerah selatan melalui tanah Palestina. Maka dengan lincahnya Tiglath-Pileser datang ke sana. Dia adalah orang yang telah dirancang dan merencanakan pendeportasian dari propinsi-propinsi yang telah ditaklukkan, membawa sakit hati yang tidak terperikan bagi orang banyak itu, setelah ditaklukkan, dipindahkan dari tempat-tempat tinggal mereka, “Kalau tidak,” demikian kata Tiglath-Pileser, “kemungkinan mereka akan memberontak jika mereka masih berada di sana.” Demikianlah Tiglath-Pileser, kepada siapa Ahas telah memohon bantuan. Bukan kepada Tuhan Allah, akan tetapi kepada raja Aram. Dia berada jauh lebih terkesan dengan kekuatan dari Aram daripada terkesan kepada keperkasaan Tuhan Allah. Maka dengan perasaan gembira dan dengan hasrat yang besar Tiglath-Pileser datang ke sana, dan suku bangsa Aram bukan hanya memusnahkan Samaria untuk selamanya dan kerajaan dari sebelah utara itu untuk selamanya saja, dan bukannya dia hanya membinasakan Damaskus dan Syria saja, akan tetapi dia juga menghancurkan kota-kota yang ada di Yehuda. Dan kalau bukan karena adanya campur tangan dari Tuhan Allah, Aram pasti sudah memusnahkan kota Yerusalem, kita yang kudus itu, dan bait suci itu sendiri. Adalah Ahas yang menundang Tiglath-Pileser untuk datang ke sana.
Pak Pendeta, mengapa harus melalui semua itu? Peristiwa itu terjadi 2.700 tahun yang lalu. Dan apa hubungannya dengan kita semua? Saudara-saudaraku sekalian, hal itu sama barunya dan sama modernnya dan sama berkaitannya dengan kita dan sama dalamnya dengan berita utama yang telah saudara-saudara baca di dalam koran-koran modern sekarang ini. Apakah saudara-saudara sudah cukup tua untuk mengingat Franklin Delano Roosevelt, presiden dari Amerika Serikat? Apakah saudara-saudara sudah cukup tua untuk mengingatnya? Apakah saudara-saudara sekalian sudah cukup tua untuk mengingat ketika perang pecah di dunia ini dan ketika negara Amarika Serikat menjadi terlibat di dalamnya? Apakah saudara-saudara sekalian sudah cukup tua untuk mengingat bangsa Tuhan berlutut dan menundukkan wajah-wajah mereka serta memohon akan berkat dari sorga terhadap kekuatan sekutu-sekutu mereka dan terhadap pasukan angkatan darat Amerika kita ketika mereka menyerbu benteng Hitler, ketika mereka berhadapan dengan bertumbuhnya ancaman serta kekuatan angkatan laut Tojo dari Jepang? Apakah saudara-saudara sekalian mengingatnya? Apakah saudara-saudara juga ingat akan kemurahan Tuhan Allah terhadap pasukan sekutu kita dan menajwab doa yang telah memberikan kemenangan kepada saudara-saudara sesama Amerika kita? Apakah saudara-saudara sekalian juga ingat bahwa ketika Jendral George S. Patton dengan meriam-meriamnya telah menyeberangi sungai Rhine dan di sana tidak ada apa-apa di antara pasukan Amerika dengan Berlin dan seluruh Jerman kecuali kontur negeri yang indah itu dan lembah-lembah serta perbukitan yang menyenangkan itu? Apakah saudara-saudara ingat ketika Franklin Delano Roosevelt berkata, “Hentikanlah meriam-meriam anda, Jendral Patton, dan hentikanlah kemajuan anda, Jendral Eisenhower. Kita akan menyerahkan Jerman dan kota Berlin ke dalam tangan dari sahabat kita yang baik, sahabat lama kita yang baik Joe - Joe Stalin.”
Maka presiden Amerika Serikat menyerahkan Berlin dan Jerman ke dalam tangan Kaum komunis, ketika kita sudah terlebih dahulu berada di sana di dalam kemenangan dalam menjawab doa-doa serta syafaat. Apakah saudara-saudara ingat? Apakah saudara-saudara ingat permohonan yang paling mendesak dari salah seorang negarawan kita yang terbesar sepanjang masa - Winston Churchill? Dan Churchill telah memohon kepada presiden Amerika - Franklin Delano Roosevelt. “marilah kita membawa pasukan kita juga dan ikut menyerang juga” – dan demikian inilah ekspresinya - “bagian bawah perut yang paling lembut dari Eropa,dan marilah kita naik ke atas melalui bagian bawah perut yang paling lembut dari Eropa dan marilah kita merebut Bulgaria dan Rumania dan Cekoslowakia serta Albania, kalau tidak mereka akan terjatuh ke dalam tangan Kaum komunis. Marilah kita menyelamatkan Eropa Timur.” Franklin Delano Roosevelt – apakah saudara-saudara sekalian mengingat dia? Franklin Delano Roosevelt, yang memiliki uang dan memiliki kekuasaan akan pasukan Amerika Serikat berkata, “Oh, tidak. Kami tidak boleh mengganggu sahabat lama kita Joe yang baik itu.” Maka dia menyerahkan Eropa bagian Timur ke dalam tangan Kaum komunis . Apakah saudara-saudara sekalian ingat? Jepang telah dipukul dan telah bertekuk lutut. Bom atom telah meledak dengan keras di atas kota Hiroshima dan dio atas kota Nagasaki. Dan secara diam-diam, Jepang telah meminta pertolongan melalui kaisar mereka kepada presiden Amerika Serikat untuk berdamai. Keluar dari persahabatan kepada Joe tua yang baik, presiden dari negara Amerika Serikat mengundang Rusia ke dalam peperangan dan ke bawah melalui Korea serta merampas pulau-pulau Jepang bagian utara, tekah menyerahkan sebagian dari Orang Timur itu kedalam tangan dari Kaum komunis untuk Joe tua yang baik hati - Joseph Stalin. Dan sejak sat itu, hal tersebut telah menjadi kebijakan dari negara Amerika Serikat.
Pernah terjadi suatu pertentangan dengan Kaum komunis akan tetapi bahwa kita telah keluar dari dan menyerahkan ke dalam tangan orang-orang yang melihat kepada datangnya gelombang Komunis seperti kematian – seperti teror dari kaum Merah itu, maut yang berwarna merah. Apakah saudara-saudara sekalian sudah cukup dewasa untuk mengingat ketika Chiang Kai-shek, seorang pemimpin Kristen dan ahli strategi militer yang hebat – ketika Chiang Kai-shek melakukan penentangan terhadap dinding yang berhadapan dengan Mao Tse-tung dan Jendral Marshall, Kepala Staf Angkatan Darat, berkata kepada penduduk Amerika, “mereka ini hanyalah kaum petani reformis saja - Mao Tse-tung. Mereka ini bukanlah orang-orang yang jahat – orang-orang yang mengerikan - mereka ini hanyalah kaum petani reformis saja.” Maka kita manarik kembali dukungan kita dari Chiang Kai-shek dan menyerahkan keseluruhan bangsa China itu ke dalam tangan kaum komunis. Apakah saudara-saudara masih ingat? Apakah saudara-saudara sekalian ingat ketika Amerika Serikat menjamu Fidel Castro yang fasik itu dengan minuman anggur dan makan malam serta menghiburnya – Orang yang berkeprikemanusiaan yang paling besar, demikian dikatakan oleh kaum liberal penghianat di Amerika itu? Dia adalah juaranya kaum miskin, dan kita menyerahkan Castro – ke dalam tangan Castro. Kaum komunis dari Kuba, pulau kecil yang hanya berjarak 90 mil dari semenanjung arah selatan kita. Apakah saudara-saudara sekalian ingat tentang peperangan di Korea? Di sana teman-teman sebangsa Amerika kita dapat melihat ke medan pertempuran serta pertempuran udara di sungai Yalu, dan Amerika Serikat tidak akan berani menyentuh mereka, seolah-olah mereka adalah tempat pertempuran udara di tempat mana mereka membombardir rekan-rekan sebangsa Amerika kita. Dan kita kehilangan bagian utara dari Korea kepada kaum komunis. Dan sudah pasti saudara-saudara sekalian belum cukup dewasa untuk mengeingat perang Vietnam. Saudara-saudaraku sekalian, jika saudara-saudara pergi ke sebuah perang, artinya adalah sebuah pertempuran. Janganlah pergi bertempur kecuali saudara-saudara benar-benar berniat untuk bertempur. Akan tetapi jika saudara-saudara pergi bertempur, artinya bahwa saudara-saudara sekalian berniat untuk berperang. Perang adalah suatu pergumulan terhadap kematian. Demikianlah arti dari perang tersebut. Akan tetapi daripada melakukan pertempuran yang dimasuki oleh peperangan tersebut, pemerintah Amerika tidak akan mengganggu Mao Tse-tung, begitu pula bahwa kita tidak akan mengganggu pemerintah Komunis di kota Hanoi. Jadi kita telah menyerahkan sebagian besar dari Laos dan Kamboja dan sekarang hampir menyerahkan Vietnam Selatan dan sudah pasti Thailand ke dalam tangan dari kaum komunis.
Dengan sedemikian rupa kita telah meyakinkan diri kita sendiri bahwa Tuhan Allah tidak dapat menolong kita, Tuhan Allah tidak pernah menjawab doa, Tuhan Allah tidak pernah membela bangsa-Nya, Tuhan Allah tidak pernah ikut berbaris dengan rekan-rekan sebangsa kita. Maka kita harus menenteramkan Joe tua yang baik hati, dan kita harus menenangkan Mao Tse-tung, dan kita harus menikmati makan malam serta meminum anggur dengan Fidel Castro, dan kita harus gemetar karena ketakutan di hadapan pemerintah Hanoi. Hal itu sudah menjadi arah tujuan dari Amerika sejak saya masih muda dulu. Dan hasilnya adalah sepertiga dari penduduk dunia dan dua pertiga dari daratan di bumi ini berkumpul di tangan para penguasa yang kejam dan tidak mengenal belas kasihan itu. Pernah terjadi sebuah konfromtasi terhadap Iman kepercayaan Kristen, di sana tidak pernah terjadi sebuah tantangan terhadap Injil Kristen yang bahkan dimulai untuk dibandingkan dengan kaum komunis yang atheis, kasar dan berperilaku mengerikan terhadap iman kepercayaan Kristen. Sejauh yang telah kita ketahui, mereka telah menghancurkan seluruh gereja dan semua perkumpulan jemaat di China. Sejauh yang telah kita ketahui bahwa di dalam desa demi desa memilikinya walaupun berupa iman kepercayaan bawah tanah. Bangsa itu demikian tertindasnya. Mereka hidup di dalam keputus-asaan, dan mereka tidak memiliki seseorang yang akan menolong mereka. Demikianlah tepatnya yang telah terjadi kepada suku bangsa Yehuda di bawah pemerintahan raja Ahas. Saya tidak akan mengira bahwa kita akan pernah pulih di dalam Tuhan Allah, jika kita beralih ke samping campur tangan Tuhan Allah. Saya fikir bahwa negara kita tidak akan pernah dipulihkan dari roh mencurigakan yang diam serta perilaku yang mengarah kepada dunia komunis. Dan hasil darinya adalah setiap kebijakan luar negeri Amerika, setiap keputusan yang diambil dalam hubungan kita kepada bangsa-bangsa lainnya di muka bumi ini, setiap kebijakan ekonomi yang kita ikuti dibingkai di dalam pandangan ke belakang akan pengaruh yang didapatkan terhadap seorang Mao Tse-tung atau terhadap seorang Brezhnev atau terhadap para penguasa komunis lainnya yang sama. Amerika telah jatuh dipukul sampai menjadi debui di atas tanah. Dan mengingat pada suatu waktu tanpa diragukan lagi kita adalah sebagai negara yang paling kuat, bangsa yang terbesar yang pernah ada untuk kebaikan serta untuk Tuhan Allah, sekarang kita telah menjadi peringkat yang kedua sebelum serangan gencar kaum Komunis merah yang mengerikan di dunia ini dan mulai memburuk kondisi di dalamnya.
Sebagai seorang penjilat terhadap Tiglath-Pileser, dia melakukan perjalanan ke kota Damaskus untuk bertemu dengannya di sana, dia membawa kembali ke dalam kota Yerusalem, patung-patung berhala yang dilihatnya di sana, menutup bait suci tersebut, menodai rumah Tuhan tersebut, dan membakar anaknya sendiri di lembah Hinnom di dalam kobaran api untuk dipersembahkan kepada dewa Molech. Demikianlah Ahas membawa kemuliaan bangsa Tuhan ke tempat yang paling rendah.
Ahas diikuti oleh raja Hizkia. Bukankan luar biasa bagaimana seorang manusia yang jahat akan memiliki seorang putra yang berhati baik? Hizkia, raja yang baik Hizkia itu, memulai pemerintahannya pada usia yang ke dua puluh lima tahun – dan memerintah selama dua puluh sembilan tahun lamanya. Dia adalah seorang pria yang meniru sifat baik raja Daud – setelah hati Tuhan Allah sendiri. Hal pertama yang dilakukan oleh Hizkia adalah mengumpulkan bangsanya untuk melakukan kebangkitan kembali serta untuk bertobat dan melakukan pembaharuan. Dia membukakan pintu-pintu dari bait suci, rumah Tuhan itu. Dia telah membukakan pintu-pintu gereja. Dia membersihkan tempat itu sampai benar-benar bersihm, dan dia mengundang orang-orang yang tertinggal dari kerajaan Israel sebelah Utara untuk datang ke sana dan turut merayakan hari Paskah bangsa Israel bersama-sama dengan mereka, hari Paskah yang pertama yang telah diamati selama dalam beberapa generasi. Dan ketika bangsa Asyur datang, kedatangan mereka yang tidak dapat dihindari itu, dan di bawah pemerintahan Sanherib menghancurkan kota-kota di Yehuda dan mengepung kota Yerusalem di setiap penjurunya, Hizkia mengambil surat dari Sanherib yang menuntuk penyerahan diri yang hina. Dia membawanya ke hadapan Tuhan Allah dan menyebarkannya di seluruh bagian rumah Tuhan, dan Yesaya nabi itu telah diutus Tuhan Allah untuk berkata kepada Hizkia, “Janganlah takut. Pertempuran itu adalah milik-Ku. Aku akan melindungi kota ini dan tempat kudus ini dan bangsa ini.” Dan di dalam satu malam itu, satu orang malaikat, hanya satu orang saja – hanya satu malaikat saja Satu orang malaikat melintas di atas pasukan Sanherib yang sangat banyak itu, dan ketika fajar telah menyingsing, dia menghitung ada sekitar 185.000 tubuh dari pasukan yang sudah mati di sana. Demikianlah dilakukan oleh Tuhan Allah untuk mengampuni dan yang dilakukan oleh Tuhan Allah untuk menyelamatkan dan yang dilakukan oleh Tuhan Allah untuk menjawab melalui api, dengan mempercayai lengan-lengan Mahakuat Tuhan Allah, itulah yang dilakukan oleh raja Hizkia yang baik hati itu.
Lalu kemudian sesuatu terjadi yang membawa bencana kepada bangsa itu dan kepada kita semua – jika saya boleh mengatakannya. Tuhan Allah mengutus Yesaya kepada Hizkia, dengan mengatakan, “Tetapkanlah urutan keturunanmu sendiri. Engkau akan mati dan tidak hidup.” Hizkia memalingkan wajahnya ke dinding dan menangis dan berseru serta berdoa ke hadapan Tuhan Allah, dan Tuhan mengutus Yesaya kembali kepada Hizkia dan berkata, “Aku sudah melihat air matamu dan Aku telah mendengarkan doa-doamu. Telah Kutambahkan usia selama lima belas tahun kepadamu” – lima belas tahun. Apa yang telah terjadi di dalam lima belas tahun itu? Ada dua hal yang terjadi.
Merodak-Baladan – seorang pengausa muda yang akan datang di Babel sudah bersiap sedia untuk memusnahkan kota Niniwe, ibu kota dari Asyur itu - Merodak-Baladan telah mendengar tentang pemulihan Hizkia dan mengutuskan seorang duta besar ke sana secara berpura-pura untuk mengucapkan selamat kepadanya akan pemulihan dirinya – sebenarnya untuk membentuk suatu konspirasi terhadap kedaulatan Niniwe, dan Hizkia – bukankah suatu hal yang ganjil, bagaomana seorang manusia yang baik, manusia yang agung, manusia yang beriman adalah seorang manusia yang lemah? Duta besar itu menyanjung-nyanjung Hizkia dan memuji-muji dia, dan menyanjung-nyanjung dia – dan Hizkia merasa tersanjung. Dan dia membuka harta karunnya, dan dia membukakan pintu hatinya, dan dia membuka kota itu, dan dia membuka bait suci itu kepada utusan-utusan dari Merodak-Baladan dari Babilonia. Dan Tuhan Allah mengutus Yesaya kepadanya dan berkata kepadanya, “Hari itu akan datang ketika segala sesuatu yang pernah engkau tunjukkan akan membawa sebuah noda ke Babilonia. Orang-orang akan di masukkan ke dalam pembuangan, dan putra-putra keturunan kerajaan akan melayani sebagai para kasim di dalam istana Babel.” Daniel dulunya adalah seorang kasim dari keturunan kerajaan – seorang tawanan di negeri yang asing yang bernama Babilonia. Hal itu terjadi karena dalam sebuah jawaban terhadap doa dia dipulihkan serta disanjung oleh kedutaan besar itu.
Yang kedua. Di dalam lima belas tahun itu, Manasye lahir – putra dari raja Hizkia. Usianya masih dua belas tahun ketika dia naik takhta atas kematian raja Hizkia – lalu kemudian memerintah selama lima puluh lima tahun lamanya. Dan dari semua raja yang pernah hidup, tidak ada yang orang yang begitu busuknya dan begitu jahatnya seperti Manasye ini. Adalah karena dosa-dosa dari Manasye sehingga Tuhan Allah menghancurkan Yehuda dan mengirim mereka ke dalam pembuangan ke Babel. Salah satu perulangan yang terjadi kembali di dalam Kitab Suci adalah hukuman dari Tuhan Allah kepada Yehuda karena Manasye.
“Oleh karena Manasye, raja Yehuda telah melakukan kekejian-kekejian ini, berbuat jahat lebih dari pada segala yang telah dilakukan oleh orang Amori yang mendahului dia, dan dengan berhala-berhalanya ia telah mengakibatkan orang Yehuda berdosa pula, sebab itu beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas Yerusalem dan Yehuda, sehingga setiap orang yang mendengarnya akan bising kedua telinganya. Dan Aku akan merentangkan atas Yerusalem tali pengukur sama seperti atas Samaria dan tali unting-unting sama seperti keluarga Ahab; dan Aku akan menghapuskan Yerusalem seperti orang menghapus pinggan, yakni habis dihapus, dibalikkan pula menungging.” [2 Raja-raja 21:11-13].
Kita akan katakan “dari permukaan peta,” Dia berkata, “menghapus pinggan” – membalikkannya menungging. Dan kemudian sekali lagi, pengulangan yang sama mengikuti:
“Tetapi Tuhan tidak beralih dari murka-Nya yang sangat bernyala-nyala itu yang telah bangkit terhadap Yehuda oleh karena segala sakit hati-Nya yang ditimbulkan Manasye. Lalu berfirmanlah Tuhan: “Juga orang Yehuda akan Kujauhkan dari hadapan-Ku seperti aku menjauhkan orang Israel, dan Aku akan membuang kota yang Kupilih ini, yakni Terusalem, dan rumah ini, walaupun Aku telah berfirman tentangnya: Nama-Ku akan tinggal di sana!” [2 Raja-raja 23:26-27].
Lalu kemudian sekali lagi:
“Sungguh, hal itu terjadi kepada Yehuda sesuai dengan titah Tuhan untuk menjauhkan mereka dari hadapan-Nya oleh karena dosa-dosa Manasye, setimpal dengan segala yang dilakukannya, dan juga oleh karena darah orang yang tidak bersalah yang telah ditumpahkannya, sebab ia telah membuat Yerusalem penuh dengan darah orang yang tidak bersalah, dan Tuhan tidak maiu mengampuninya.” [2 Raja-raja 24:3-4].
Dan di dalam nubuat luar biasa dari Yeremia, Yeremia menaikkan suaranya dan berkata,
Tuhan berfirman kepadaku, “Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku hatiku tidak tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi! Dan apabila mereka bertanya kepadamu: Ke manakah kami harus pergi?, maka jawablah mereka: Beginilah firman Tuhan: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke pedang, ke pedanglah!Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah! Dan yang ke tawanan, ke tawananlah! Aku akan mendatangkan atas mereka empat hukuman, demikian firman Tuhan: pedang untuk membunuh, anjing-anjing untuk menyeret-nyeret, burung-burung di udara dan binatang-binatang di bumi untuk memakan dan menghabiskan. Dengan demikian Aku akan membuat mereka menjadi kengerian bagi segala kerajaan di bumi, oleh karena segala apa yang dilakukan Manasye bin Hizkia, raja Yehuda, di Yerusalem.” [Yeremia 15:1-4].
Saya tidak akan melupakannya. Saya tidak akan memaafkan hal itu. Saya tidak akan mengampuninya. Ketika Manasye dilahirkan, karena kejahatan yang dilakukannya Tuhan Allah memusnahkan Yehuda dan Yerusalem dan bait suci yang kudus itu? Dia lahir di dalam lima belas tahun yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Allah kepada Hizkia itu.
Apakah artinya itu semua kepada kita, pak Pendeta? Mengapa anda membicarakan hal itu? Untuk alasan yang paling ringkas dan sederhana, jawabannya ialah: ketika kita berdoa – ketika kita memanjatkan doa, seperti yang telah dikatakan oleh pemazmur itu, “Tuhan Allah telah menjawab doa-doa mereka akan tetapi mengirimkan kemandulan dan kehampaan dan kemiskinan dan kelaparan ke dalam hati mereka dan kehidupan mereka.” Ketika anda berdoa, “Tuhan Allah, aku tidak tahu. Bagi saya kelihatannya bahwa Engkau mengetahui apa yang terbaik, Tuhan. Kadang kala aku juga tidak begitu memahami, dan aku juga kadang kala tidak mengetahui, dan kadang kala aku tidak dapat melihat akhir dari pada perjalanan, jadi, Tuhan, aku bukan mencoba untuk memaksakan keinginanku kepada-Mu. Engkau pilihlah, Tuhan. Sepertinya bagi saya yang tepat adalah jalan ini. Dan ini adalah bagaimana yang saya inginkan dilakukan untuk hal itu, akan tetapi Tuhan, bukan keinginanku, akan tetapi keinginan-Mu lah yang jadi.” Saya ingat akan seorang ibu yang berdoa atas anaknya yang sedang menanti ajal, dan Tuhan telah menjawab doanya, dan anak laki-laki itu hidup dan sudah menjalani hukuman di atas kursi listrik di penjara daerah di kota Huntsville untuk pembunuhan dan perampokan. Alangkah jauh lebih baik sedemikian: “Tuhan, seandainya anak laki-laki ini boleh hidup dan menghormati Engkau. Seandainya itu adalah kehendak Tuhan sehingga dia dapat diwujudkan ke dalam sorga, kehendak-Mu lah yang jadi.” Tuhan, apakah aku akan mati? Jika Engkau dapat memperpanjang hari-hariku, tolonglah aku untuk berbakti serta menghormati Engkau di dalam setiap tarikan nafas yang kunafaskan. Akan tetapi Tuhan, jika menjadi penghormatan bagi-Mu sehingga aku harus mati, lalu kemudian Tuan berikan karunia kematian kepadaku. Kehendak-Mu lah yang jadi.
Ada beberapa hal yang kita tahu merupakan kehendak Tuhan Allah. Adalah kehendak Tuhan bahwa setiap manusia akan diselamatkan. Adalah kehendak Tuhan Allah bahwa setiap manusia akan datang untuk melakukan pertobatan, dan ketika saya berdoa untuk seorang manusia agar dia beroleh keselamatan, saya berdoa menurut kepada kehendak Tuhan. Dan jika kita meminta segala sesuatu menurut kepada kehendak Tuhan – 1 Yohannes 5 – kita tahu bahwa Dia mendengarkan. Dan apabila kita tahu bahwa dia mendengarkan kita, ktia memiliki permohonan yang kita inginkan dari Dia. Ketika kita memanjatkan doa menurut kepada apa yang kita ketahui akan menjadi kehendak Tuhan Allah, maka akan ada desakan di dalamnya. Tetaplah bersama hal tersebut. Akan tetapi ada banyak hal yang saya doakan mengenai apa yang saya kurang bijaksana untuk saya ketahui. . . .